Sumber :
VIVAnews -
Sekeluarga asal Prancis yang terdiri dari tujuh orang diculik gerombolan bersenjata saat menginap di sebuah desa di Kamerun. Diduga pelakunya adalah para militan radikal asal Nigeria yang kerap menebar teror.
Hal itu dibenarkan oleh Presiden Perancis, Francois Hollande, di sela-sela kunjungan kenegaraan ke Yunani.
"Mereka telah diculik oleh sebuah kelompok teroris yang kami ketahui ada di Nigeria," ujarnya seperti dikutip
Los Angeles Times
, Selasa 19 Februari 2013.
Peristiwa penculikan ini terjadi sehari sesudah kelompok ekstremis Nigeria, Ansaru, mengaku bertanggung jawab atas penculikan tujuh warga negara asing di negara bagian Bauchi, Nigeria Utara pada Sabtu lalu. Ansaru merupakan kelompok sempalan dari organisasi pemberontak, Boko Haram, yang memutuskan memisahkan diri tahun lalu.
Baca Juga :
Terpopuler: Jawaban Mamah Dedeh Soal Menantu Perempuan, Persiapan Penting Sebelum Menikah
Baca Juga :
Terpopuler: Teuku Ryan Tertekan Jadi Suami Ria Ricis, Nikita Mirzani Bongkar Aib Rizky Irmansyah
New York Times
menuliskan, salah seorang korban penculikan adalah pegawai perusahan energi Prancis GDF Suez yang tengah mengeksplorasi gas alam di Kameron selatan. Dia sedang berwisata bersama enam anggota keluarganya, empat di antaranya anak-anak, saat insiden itu terjadi.
Menurut Radio Internasional Perancis, kejadian penculikan itu terjadi pada pukul 7 pagi waktu setempat di sebuah desa di daerah Dadanga, Kamerun, beberapa mil dari perbatasan Nigeria. Ketujuh turis diculik oleh lima pria bersenjata menggunakan sepeda motor ke Nigeria, di mana tidak ada petugas patroli yang berjaga di sana.
Peristiwa penculikan WN Perancis di Nigeria dan Mali semakin meningkat sebagai protes agresi militer Prancis di negara itu. Tindakan ini pun dijadikan lahan bisnis bagi segelintir kelompok akibat besarnya nilai tebusan yang diperoleh. Dalam beberapa kasus, bahkan kelompok penculik orang asing sengaja menjual tawanan mereka ke kelompok Al Qaeda. (umi)
Halaman Selanjutnya
New York Times