Penembak di Markas AL Amerika Serikat Sakit Jiwa

penembakan di markas angkatan laut AS
Sumber :
  • REUTERS/Joshua Roberts
VIVAnews -
Aaron Alexis, penembak brutal di Pangkalan Angkatan Laut Washington, Amerika Serikat, Senin 16 September lalu, memiliki sejarah gangguan kejiwaan. Dia pernah dirawat di dua rumah sakit veteran.


Dikutip dari laman
Washington Post, 
Rabu 18 September 2013, aparat hukum federal mengatakan bahwa Alexis dibawa ke rumah sakit setelah ia mengaku mendengar suara-suara dalam perjalanan ke Rhode Island, bulan lalu. Selain itu, Alexis juga punya masalah dengan tidur dan dirawat di bagian insomnia.


Biro Investigasi Federal AS (FBI) belum memastikan motif Alexis menembaki orang-orang di Gedung 197, markas besar Naval Sea Systems Command. Setidaknya, 12 orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka. Alexis sendiri akhirnya tewas setelah baku tembak dengan polisi setempat.


Petugas di FBI mengungkapkan, pihaknya memang sedang memeriksa sejarah kejiwaan Alexis. Sejumlah petugas di pangkalan militer Rhode Island ikut bekerja sama dalam penyelidikan ini. Agustus lalu, pangkalan militer ini juga menerima laporan dari Kepolisian Newport mengenai kondisi kejiwaan Alexis yang mendengar suara-suara.


Jonathan Kuo, Pianis Muda Indonesia yang Kembali Memukau di Panggung Musik Klasik
Kondisi kejiwaan ini terungkap saat Alexis berada di Newport pada 7 Agustus lalu. Alexis diketahui memanggil polisi untuk datang ke kamar hotelnya. Saat itu, ia mengaku diikuti tiga orang yang terus membuatnya terbangun. "Dengan terus berbicara kepada dia (Alexis) dan mengirim getaran ke tubuhnya," demikian laporan polisi  tersebut.

Acara Met Gala Berlangsung, Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Penuhi Jalanan New York

Nama korban dalam laporan polisi itu memang tak ada, tetapi Letnan William Fitzgerald dari Kepolisian Newport mengonfirmasi bahwa itu adalah Alexis.
Geopolitik Global Makin Bergejolak, Wamen BUMN: Menyimpan Emas Paling Aman


Pria 34 tahun itu kemudian diketahui melepaskan tembakan selama 30 menit ke arah orang-orang di Pangkalan AL di Washington, Senin pagi. Polisi setempat tengah menyelidiki pelaku lain yang kemungkinan ikut dalam aksi brutal itu. Polisi mencari seorang pria kulit hitam dengan usia sekitar 40 hingga 50 tahun. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya