Sumber :
- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews
- Mantan Menteri Luar Negeri Australia, Gareth Evans, menyarankan agar Perdana Menteri Tony Abbott meniru cara Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, dalam mengatasi masalah aksi spionase yang dilakukan Badan Intelijen mereka, NSA. cara itu dinilai dapat memulihkan hubungan bilateral kedua negara.
Demikian kata Evans yang ditemui media usai menjadi pembicara mengenai profilerasi nuklir di Pakerti Centre, Tanah Abang, Jakarta Pusat pada Kamis, 21 November 2013.
Baca Juga :
Bukan International Moneteri Fund, Sandiaga Ungkap 84 Persen UMKM Andalkan IMF untuk Permodalan
Baca Juga :
4 Tersangka Pembubaran dan Pengeroyokan Ibadah di Tangsel Termasuk Ketua RT, Ini Perannya
Obama mengaku tidak tahu, bila pemantauan yang dilakukan NSA sudah terlampau jauh, hingga ikut menyadap komunikasi pemimpin negara. Presiden ke-45 Amerika Serikat itu lantas menjanjikan meninjau ulang semua sistem pemantauan yang dilakukan oleh Badan Intelijen mereka.
Namun, Abbott memilih cara berbeda. Alih-alih meminta maaf, Abbott membela aksi spionase yang dilakukan DSD (Badan Intelijen Australia).
Kendati mulai melunak, namun Abbott hanya merasa menyesal akibat pemberitaan media selama ini yang dianggap telah mempermalukan Presiden SBY dan publik Indonesia.
Oleh sebab itu, Evans memahami kemarahan Presiden SBY terhadap aksi penyadapan ini. Karena Australia yang selama ini dianggap sebagai mitra terdekat, malah mengkhianati kepercayaan dengan menyadap para pejabat negara sahabatnya.
"Dalam membina suatu hubungan pribadi, maka kepercayaan menjadi sesuatu yang utama. Jika rasa percaya itu dilanggar, maka dapat membahayakan dan kami telah melanggar itu," kata Evans.
Namun, Evans menambahkan, tugas badan intelijen di negara mana pun adalah mengumpulkan informasi. Apalagi yang sifatnya berpotensi membahayakan negara. (ren)
Halaman Selanjutnya
Namun, Abbott memilih cara berbeda. Alih-alih meminta maaf, Abbott membela aksi spionase yang dilakukan DSD (Badan Intelijen Australia).