Ebola Ancam Panen Pangan di Afrika Barat

Penduduk West Point dikarantina karena wabah ebola
Sumber :
  • REUTERS/2Tango
VIVAnews
- Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (Food and Agriculture Organization/FAO) mengatakan, wabah ebola bukan hanya menewaskan banyak penduduk di Afrika, namun juga mengancam panen pangan di Afrika Barat. Seperti diketahui wabah ebola telah membuat negara-negara seperti Liberia, Sierra Leone dan Guinea diberikan peringatan khusus sebagai negara yang paling banyak menerima dampak mewabahnya virus ini.


Akibatnya, FAO mengatakan bahwa produksi beras dan jagung akan sangat terpengaruh di musim panen mendatang. Selain itu, kekurangan pangan diperkirakan akan semakin memburuk dalam beberapa bulan ke depan.


Harga pangan diprediksi melonjak dan akses mendapatkan makanan menjadi sangat sulit bagi banyak orang di tiga negara di Afrika Barat yang mengalami dampak paling buruk dari mewabahnya virus ebola.


Harga singkong misalnya naik 150 persen pada minggu-minggu awal di bulan Agustus lalu di ibukota Liberia, Monrovia.


"Bahkan sebelum mewabahnya ebola, beberapa rumah tangga di daerah-daerah menghabiskan hingga 80 persen dari pendapatan mereka untuk membeli makanan," ujar Vincent Martin, Kepala FAO berbasis di Dakar, seperti dilansir kantor berita
BBC
Jadwal Final Indonesia Vs China di Piala Thomas dan Uber 2024
.

Anies soal Tawaran Bikin Partai Perubahan: Itu Kreativitas Orang di Medsos

Ia juga mengatakan bahwa lonjakan harga yang terjadi hingga saat ini menempatkan pangan di luar jangkauan mereka.
Reaksi Elkan Baggott Usai Ipswich Town Promosi ke Premier League


Untuk memenuhi kebutuhan pangan jangka pendek, FAO telah menyetujui adanya program darurat yang dilakukan bersama World Food Programme (WFP) PBB untukĀ  memberikan 65 ribu ton makanan kepada sekitar 1,3 juta orang yang terkenal virus ebola selama tiga bulan.


Sebagai informasi, wabah Ebola telah menewaskan sedikitnya 1.550 dari 3.000 orang di empat negara sejak bulan Maret lalu. Ini merupakan peristiwa terburuk wabah ebola dalam sejarah.


Perkembangan terbaru menunjukkan sebanyak 31 orang telah meninggal dunia akibat wabah ini di Republik Demokratik Kongo menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya