Irak Kritik Iran Tak Diajak Konferensi di Paris

Menlu AS, John Kerry tengah berbincang dengan Menlu Irak, Ibrahim al-Jaafari
Sumber :
  • REUTERS/Thaier Al-Sudani
VIVAnews - Menteri Luar Negeri Irak, Ibrahim al-Jaafari mengkritik kebijakan tuan rumah Prancis, yang tidak mengundang Iran dalam Konferensi Internasional untuk membahas ISIS pada Senin kemarin di Paris. al-Jaafari berpikir itu suatu keputusan yang disesalkan. 

Diberitakan BBC, Selasa 16 September 2014, al-Jaafari berpendapat, sebagai negara tetangga, Iran telah membantu Irak dalam mengatasi terorisme. 

"Kami yakin, semua negara di dunia ini khawatir dan peduli dengan bahaya terorisme. Iran merupakan tetangga kami. Mereka membantu kami dan seharusnya hadir, namun bukan kami pihak yang mengundang pihak-pihak tersebut," kata al-Jaafari.

Laman Press TV Iran menyebut, kendati komunitas internasional menekankan pentingnya peranan Iran dalam pembangunan regional, namun tetap saja Tehran tidak diundang dalam pertemuan kemarin. Hal itu disebabkan, AS menentang kehadiran Iran. 

AS juga mengumumkan Iran tidak akan menjadi bagian dari koalisi melawan ISIS. Iran sendiri mengaku ragu dengan ketulusan koalisi tersebut, dan menegaskan kembali tidak memiliki kepentingan hadir dalam pertemuan di Paris. 

Selain itu, pertemuan di Paris, dianggap Iran tidak memiliki hasil yang jelas. Kementerian Luar Negeri Irak memang tidak menyebut adanya rencana spesifik mengenai peran masing-masing negara peserta dalam koalisi yang dipimpin Negeri Paman Sam. 

"Kami tidak membahas secara detail pagi ini. Pihak yang berbeda memiliki reaksi positif, terkait situasi saat ini, dan dukungan yang mereka berikan kepada Irak," ujar perwakilan Kemenlu Irak. 

al-Jaafari memang menegaskan pentingnya pembebasan kota di bagian utara Mosul, sebagai salah satu objek strategis. Dia juga mengaku optimistis, kota tersebut dapat diambil alih dalam waktu yang tidak lama.

Sementara itu, menurut pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, pada Senin kemarin, justru mengatakan AS pernah meminta Iran bekerja sama. Permintaan itu disampaikan melalui Duta Besar AS untuk Irak. 

"Saya katakan tidak, karena mereka memiliki tangan yang kotor," tulis Khamenei di situs resminya. 

Dia menambahkan, AS mencoba mencari alasan untuk beraksi di Irak dan Suriah, sama seperti yang telah mereka lakukan di Pakistan. Di sana, AS mengebom tanpa merasa perlu otoritas pemerintah setempat. 

Selain Iran, Suriah juga tidak diundang dalam konferensi tersebut. 

Serangan udara AS

Semantara, pada Minggu dan Senin kemarin, militer AS kembali melancarkan serangan udara. Kali ini, mereka menyasar lokasi di dekat Gunung Sinjar dan bagian barat daya Ibu kota Baghdad. 

Serangan itu dilakukan, kali pertama sebagai bagian dari upaya perluasan menyerang ISIS yang disampaikan Presiden Barack Obama pekan lalu. Akibat serangan itu, sebanyak enam kendaraan milik kelompok ISIS hancur. 
5 Destinasi Menakjubkan di Bali yang Bakal Dikunjungi Delegasi World Water Forum

Dalam pernyataan resmi AS, semua pesawat yang melakukan serangan udara berhasil keluar dengan selamat. Total, sudah ada 162 serangan udara yang dilakukan di seluruh Irak untuk memberantas ISIS sejak Agustus lalu. 
Eksploitasi Anak Live di Tiktok, Zamanueli Pengelola Panti Asuhan Divonis 5 Tahun Penjara

Menurut pejabat berwenang AS, serangan terbaru ini mencerminkan keputusan Obama bahwa dia akan menyerang ISIS di mana pun mereka berada. (asp)
Top Trending: Sosok Jenderal yang Tembak Kaki John kei Hingga Wanita Berdaster Naik Lamborghini
Gedung KPK (Foto Ilustrasi)

Kasus Korupsi Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Cegah Eks Ketua DPD Gerindra Malut ke Luar Negeri

Status Gubernur Malut Abdul Gani Kasuba sudah ditetapkan KPK sebagai tersangka.

img_title
VIVA.co.id
9 Mei 2024