Hubungan RI - Belanda Perlu Strategi Tersendiri

Diskusi mahasiswa soal diplomasi publik Indonesia di Belanda
Sumber :
  • KBRI Den Haag

VIVA.co.id - Hubungan Indonesia dan Belanda telah berlangsung begitu lama. Inilah yang membuat kedekatan dua negara itu begitu unik dan memerlukan strategi tersendiri.

Demikian menurut Kuasa Usaha Ad Interim Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, Ibnu Wahyutomo, kepada sejumlah mahasiswa internasional di kota Belanda itu. Dalam suatu diskusi kecil pada Rabu waktu setempat, mereka menanyakan kebijakan politik luar negeri Indonesia terkini, terutama yang menyangkut strategi diplomasi publik, dan hubungannya dengan Belanda.

"Kedekatan dan hubungan sejarah antara Indonesia dan Belanda yang telah berlangsung lama tentu memerlukan strategi tersendiri yang berbeda dengan yang dilakukan di negara lain," kata Ibnu

Rizal Ramli Undang Belanda Investasi di Sektor Maritim

Karakteristik penduduk suatu negara, lanjut Ibnu, tentu mempengaruhi pendekatan yang harus dilakukan untuk memenangkan hati mereka, seperti yang dilakukan di Belanda.

"Faktor nostalgia tentu menjadi salah satu pertimbangan dalam melakukan kegiatan diplomasi publik di sini," kata Ibnu, seperti yang dikabarkan KBRI Den Haag hari ini.

Didampingi beberapa staf KBRI, Ibnu menerima kunjungan mahasiswa jurusan International Relations and Diplomacy dari Leiden University. Kelima mahasiswa tersebut adalah Neel Baruah (India), Thijs Bonenkamp (Belanda), Denise De Buck (Belanda), Pietro Moro (Amerika Serikat) dan Fathania Queen Genisa (Indonesia).

Dalam pertemuan yang berlangsung hangat tersebut dibicarakan mengenai perkembangan politik luar negeri Indonesia terutama yang menyangkut strategi Diplomasi Publik Indonesia. Ibnu menjelaskan tujuan dan langkah langkah strategi diplomasi publik yang terkait dengan promosi ekonomi, demokrasi, dan peningkatan people-to-people contact melalui berbagai kegiatan yang menyertakan konstituen baik dari luar negeri maupun dalam negeri.

Pada diskusi tersebut juga dijelaskan mengenai kerukunan kehidupan beragama di Indonesia, termasuk Islam yang moderat sebagai salah satu aset diplomasi publik.

Kala Media Belanda Penasaran Isu Narkoba dan LGBT di RI

Indonesia, kata Ibnu, turut menciptakan perdamaian dunia salah satunya dengan aktif melakukan dialog lintas agama dengan 25 negara mitra dan pada Agustus 2014 lalu Indonesia menjadi tuan rumah Global Forum ke-6 United Nations Alliace of Civilizations.

Dia juga menegaskan bahwa untuk menjangkau publik yang luas dalam era digital saat ini, Kemlu RI dan KBRI Den Haag juga menggunakan website dan media sosial dalam mensosialisasikan capaian dan kegiatannya serta dalam menjalin kemitraan dengan masyarakat dan konstituen KBRI. Kunjungan mahasiswa tersebut dimaksudkan sebagai bagian dari tugas mereka dalam mata kuliah 'Trends in Public Diplomacy" di Universitas Leiden.

Duta Besar RI untuk Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja, bersama Wali Kota Best, Anton van Aert, melihat pameran foto tentang Yogyakarta.

Wali Kota Belanda Terpesona Keseharian Yogyakarta

Tampak dalam pameran karya seniman Indonesia dan Belanda di Kota Best.

img_title
VIVA.co.id
10 April 2016