Sumber :
- REUTERS/Khaled Abdullah
VIVA.co.id
- Kelompok militan Al Qaeda Semenanjung Arab (AQAP) sukses melakukan ekspansi, dengan merebut bandara dan terminal ekspor minyak di selatan Yaman, Kamis, 16 April 2015.
Keberhasilan AQAP itu dicapai hanya dua pekan, setelah mereka menduduki kota Al Mukalla, seiring dengan dimulainya serangan udara Arab Saudi terhadap Houthi di Yaman, pada Maret lalu.
Pejabat setempat yang dikutip
New York Times
, Jumat, 17 April, mengatakan AQAP merebut bandara Riyan dan pangkalan militer di luar kota Al Mukalla, kota terbesar kelima di Yaman.
AQAP kini juga menguasai terminal minyak Dhabah, yang sebelumnya gagal mereka rebut. Kelompok militan yang telah bersumpah setia pada ISIS di Irak dan Suriah itu, mengambil kesempatan dalam konflik di Yaman saat ini.
Setelah berhasil menguasai Ibu Kota Sanaa, kelompok pemberontak Houthi terus bergerak ke selatan, untuk menguasai kota Aden di mana Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi berlindung setelah Sanaa dikuasai Houthi.
Saat Houthi yang dibantu oleh pasukan pemerintah Yaman hampir menguasai Aden, Saudi segera menggelar serangan udara untuk menghentikan Houthi, sejak Maret lalu.
Houthi yang merupakan kelompok milisi Syiah dari wilayah utara Yaman, merupakan rival utama AQAP. Namun saat ini Houthi menjadi sasaran serangan udara oleh Saudi dan koalisi negara-negara Arab Teluk.
Serangan Saudi itu telah membantu AQAP, untuk membangun kekuatan dan melakukan ekspansi. Situasi di Yaman telah menyebabkan diplomat Maroko, Jamal Benomar, menyatakan mundur sebagai utusan khusus PBB untuk Yaman.
Benomar mengatakan AQAP kini membangun hubungan dengan para pemimpin suku yang antipati terhadap Houthi di Yaman. "Untuk pertama kalinya Al Qaeda membangun aliansi strategis dengan suku-suku," ucapnya.
Baca Juga :
Salat Idul Adha Dibom, Puluhan Tewas
Ban juga menunjuk diplomat Mauritania, Ismail Ould Cheikh Ahmed, untuk menggantikan Benomar. Beberapa diplomat mengatakan, Benomar mundur karena kesal pada Saudi dan pemerintah negara-negara Teluk.
Benomar menyatakan mundur setelah rencana perdamaiannya di Yaman menemui kegagalan, lantaran diabaikannya upaya Benomar untuk mendorong solusi damai antara Houthi dan negara-negara Arab.
Halaman Selanjutnya
Ban juga menunjuk diplomat Mauritania, Ismail Ould Cheikh Ahmed, untuk menggantikan Benomar. Beberapa diplomat mengatakan, Benomar mundur karena kesal pada Saudi dan pemerintah negara-negara Teluk.