Houthi Terima Tawaran Gencatan Senjata Saudi

Ilustrasi serangan udara di Yaman saat konflik
Sumber :
  • REUTERS/Naiyf Rahma
VIVA.co.id
Gejolak Yaman, Kelompok Houthi Tewaskan 1.000 Anak
- Kelompok pemberontak al-Houthi di Yaman mengatakan, mereka setuju dengan tawaran gencatan senjata yang ditawarkan koalisi militer Arab Saudi pada Jumat pekan lalu. Melalui stasiun televisi kelompok pemberontak tersebut, al-Massirah TV, mereka mengatakan akan merespon secara positif upaya atau seruan apa pun yang mengakhiri penderitaan ini.

Salat Idul Adha Dibom, Puluhan Tewas

Dikutip dari
Temui Raja Saudi, Jokowi Akan Tagih Perbaikan KBRI Yaman
BBC edisi Minggu, 10 Mei 2015 melansir pernyataan seorang juru bicara kelompok pemberontak Yaman, Sharaf Luqman, mereka telah menerima secara penuh tawaran itu. Harian
Wall Street Journal (WSJ)
melaporkan mereka menyetujui tawaran Saudi untuk membuka bantuan kemanusiaan.


Al Houthi juga memperingatkan, jika ada sedikit saja pelanggaran dari tawaran itu, maka akan direspons dengan serangan militer.


Peringatan serupa juga disampaikan oleh pihak koalisi Saudi yang dilontarkan juru bicara Brigadir Jenderal Ahmed Aseeri. Ini merupakan gencatan senjata pertama yang disepakati sejak koalisi Saudi mulai melakukan serangan udara terhadap Houthi pada 26 Maret lalu.


Tujuan dari serangan udara itu untuk mengembalikan kekuasaan Presiden Abded Rabbo Mansour Hadi yang kini tengah melarikan diri ke Riyadh, Saudi.


Sementara PBB telah menekankan penderitaan yang dialami oleh warga sipil di Yaman selama serangan udara dilancarkan. Kini, mereka menyoroti kota Sa'ada, sebab beberapa hari belakangan Saudi gencar menyasar wilayah tersebut.


Koordinator kemanusiaan PBB untuk Yaman, Johannes Van der Klauuw mengatakan banyak warga sipil yang terjebak di Sa'ada karena kekurangan pasokan BBM. Sementara, Teresa Sancristoval yang bekerja unutk organisasi kemanusiaan Dokter Tanpa Batas (MSF) di sebuah rumah sakit mengatakan pada Jumat malam, pengeboman terus dilakukan secara intens.


Sancristoval mengatakan timnya saat itu tengah bertugas merawat seorang wanita di sebuah bangsal. Tetapi lima orang dari mereka terpaksa kabur karena khawatir menjadi korban serangan udara koalisi Saudi.


Sementara, koalisi Saudi beralasan mereka menyasar kota Sa'ada karena itu dianggap sebagai zona militer. Oleh sebab itu, sebelum melakukan serangan udara ke Sa'ada pada Jumat pekan lalu mereka menyebarkan flyer berisi seruan kepada warga untuk segera angkat kaki.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya