Melihat Terorisme dari Mata Korban

Tokoh Muslim AS Berkunjung ke Redaksi VIVA.co.id
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id
Pesan Tokoh Muslim AS untuk Indonesia
- Masyarakat dunia saat ini berhadapan dengan realitas pesatnya gerakan radikal yang mengatasnamakan agama, memicu aksi kekerasan dan terorisme yang mengerikan dampaknya bagi kemanusiaan.

FOTO: Kunjungan Tokoh Muslim AS ke Redaksi VIVA

Hampir tidak ada negara-negara di dunia yang aman dari ancaman terorisme. Karena itu kerja sama menjadi kunci dalam mengatasi persoalan secara tepat dengan cara yang komprehensif.
Tokoh Muslim AS ke Indonesia Bahas Radikalisme


Terkait dengan hal itu, beberapa tokoh Muslim dari Amerika Serikat melakukan kunjungan ke Indonesia untuk bertukar pikiran, membahas upaya strategis dalam mengatasi radikalisme.

Konsuler KBRI di Washington DC, AS, Ardian Wicaksono, Senin, 27 April 2015, mengatakan ada tiga tokoh Muslim AS yang berkunjung ke Indonesia pada 26 April - 1 Mei 2015.


Selama di Indonesia, mereka akan berinteraksi langsung dengan para tokoh Muslim Indonesia, pengusaha dan aktivitis agama, untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang kehidupan Muslim di Indonesia.


Di antara serangkaian agenda mereka adalah berkunjung ke media, termasuk
VIVA.co.id
pada Senin, 27 April, yang diwakili oleh Mustafa Tameez, satu dari tiga tokoh Muslim AS yang datang ke Indonesia.


Ada beberapa hal yang dibahas dalam pertemuan, antara redaksi
VIVA.co.id
dengan pendiri perusahaan Outreach Strategist itu. Mustafa bertanya, bagaimana peran media di Indonesia, dalam menangkal radikalisme.




Media harus menyajikan berita sesuai fakta, tapi tidak dipungkiri bakal ada dampak positif dan negatif. Dicontohkan kelompok ISIS di Irak dan Suriah, yang dengan sengaja mempropagandakan kekejaman.


Kelompok radikal itu justru mendorong, agar berita tentang kekejaman yang mereka lakukan, dapat tersebar dengan luas di seluruh dunia. "Orang hanya ingin bergabung dengan pemenang," kata Shaarik H Zafar.


Zafar adalah Utusan Khusus Untuk Komunitas Muslim dari Departemen Luar Negeri AS, yang turut mendampingi tokoh Muslim AS dalam kunjungan mereka ke Indonesia.


Menurutnya ISIS sengaja menebar rasa takut dengan video eksekusi, juga klaim soal keberhasilan mereka menguasai kota-kota di Irak dan Suriah. Itu menjadi dilema bagi media dalam melakukan pemberitaan.


Untuk itu, Mustafa menyebut media harus melihat kejadian dari perspektif korban. Bukan hanya korban di lokasi serangan terjadi, namun dalam negeri masing-masing, dalam hal ini Indonesia.


Aksi teror juga beberapa kali telah terjadi di Indonesia, seperti bom Bali 1 dan 2 yang mengakibatkan banyak korban tewas dan terluka. "Tampilkan pandangan mereka para korban, soal aksi ISIS," kata Mustafa.


Pendapat dari mereka yang juga warga Indonesia, diyakini memiliki dampak psikologis lebih besar bagi publik Indonesia, dalam upaya menangkal berkembangnya radikalisme.


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya