Sumber :
- ANTARA FOTO/AACC2015
VIVA.co.id
- Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim, dijadwalkan menyambangi Indonesia selama empat hari yakni 19-22 Mei 2015. Tujuan kunjungan Jim itu ingin memperkuat kerjasama lembaga tersebut dengan Indonesia.
Demikian isi keterangan tertulis yang diterima
VIVA.co.id
dari kantor Bank Dunia di Jakarta pada Senin, 18 Mei 2015. Ini merupakan kunjungan pertama Jim ke Indonesia sejak terpilih menjadi Presiden Bank Dunia pada Juli 2012.
"Dr Kim akan bertemu dengan Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubowono X, Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegara, pejabat pemerintah lain serta pengusaha," tulis perwakilan Presiden Bank Dunia.
Kim dijadwalkan juga akan berkunjung antara lain ke Rekompak yaitu proyek rekonstruksi Bank Dunia pasca bencana berbasis masyarakat, pusat pelayanan kesehatan masyarakat, Pelabuhan Sunda Kelapa dan Pelabuhan Tanjung Priok.
"Indonesia merupakakan salah satu pemegang saham Bank Dunia yang paling penting. Kami telah membuka kantor di Jakarta pada tahun 1968 lalu dan menjadi kantor pertama yang dibuka di luar Washington DC," kata Kim dalam keterangan tertulisnya.
Dia mengatakan mendukung misi Jokowi untuk mengentaskan kemiskinan yang ekstrim dan mengupayakan kesejahteraan yang lebih merata bagi rakyat Indonesia.
Kunjungan Kim ini dilakukan usai Indonesia sukses menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika (KAA) pada akhir bulan lalu. Dalam forum internasional itu, turut dihadiri oleh Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping.
Dalam pidatonya, mantan Gubernur DKI Jakarta itu justru mengkritik keberadaan beberapa lembaga internasional antara lain Bank Dunia, Badan Moneter Internasional (IMF) dan Bank Pembangunan Asia (ADB). Sebab, di mata Jokowi, ketiga lembaga itu justru tak memberi solusi bagi persoalan ekonomi global.
"Pandangan yang mengatakan persoalan ekonomi dunia hanya dapat diselesaikan oleh World Bank, IMF, dan ADB adalah pandangan yang usang dan perlu dibuang," kata dia.
Jokowi berpendapat negara-negara di Asia dan Afrika wajib membangun tatanan ekonomi dunia baru yang terbuka bagi kekuatan-kekuatan dunia baru.
Halaman Selanjutnya
Dalam pidatonya, mantan Gubernur DKI Jakarta itu justru mengkritik keberadaan beberapa lembaga internasional antara lain Bank Dunia, Badan Moneter Internasional (IMF) dan Bank Pembangunan Asia (ADB). Sebab, di mata Jokowi, ketiga lembaga itu justru tak memberi solusi bagi persoalan ekonomi global.