Australia Puas RI Kirim Dubes ke Konferensi Terorisme

Jaksa Agung Australia, George Brandis
Sumber :
  • The Australian
VIVA.co.id
Pelecehan Seksual Bayangi Anak Pengungsi di Australia
- Pemerintah Australia puas dan senang dengan komitmen yang ditunjukkan oleh Indonesia untuk ikut berpartisipasi dalam konferensi internasional Countering Violent Extrimism yang digelar di Sydney pada 11 dan 12 Juni 2015. Dalam acara tersebut, Indonesia mengirimkan Duta Besar Nadjib Riphat Kesoema untuk hadir di forum tersebut. 

Australia Siapkan Program 5.000 Doktor untuk Indonesia
Laman Australia Plus, Jumat, 12 Juni 2015 melansir, ketika Indonesia diwakilkan oleh dubes, sempat memunculkan pertanyaan dari publik Negeri Kanguru. Mengapa bukan pejabat setingkat menteri yang mewakili Indonesia dalam pertemuan tersebut. 

Indonesia Ajarkan Australia Cara Tangani Terorisme
Sempat muncul spekulasi hal tersebut lantaran masih mengemukanya ketegangan hubungan kedua negara akibat kasus eksekusi bandar narkoba, duo Bali Nine. Tetapi, persepsi itu ditepis oleh juru bicara Kedutaan Besar RI di Australia di Canberra, Sade Bimantara. 

Menurut Sade, tidak ada bentuk pengabaian terhadap Australia usai kasus duo Bali Nine. "Kami tak memberikan pesan seperti itu," kata dia yang dikutip media setempat. 

Hal tersebut ditegaskan kembali oleh Jaksa Agung Australia, George Brandis. Dia berpendapat, alasannya bukan karena tekanan yang diakibatkan oleh peristiwa eksekusi terpidana kasus Bali Nine. 

"Duta Besar Indonesia untuk Australia menghadiri pertemuan selama dua hari sejak Kamis kemarin dan RI telah mengirimkan pejabat senior urusan kontra terorisme," kata Brandis. 

Di dalam konferensi itu, para pengamat menilai mereka yang pernah terlibat dalam kelompok ekstrem lalu bertobat, bisa dijadikan sekutu yang baik untuk memerangi masalah ekstremisme.

Manajer program di kelompok Radical Middle Way, Abdul-Rehman Malik, mengatakan, seharusnya kelompok yang menamakan diri sebagai Negara Islam tidak disebut sebuah pengkultusan kematian atau death cult. 

Rehman Malik yang turut diundang oleh Pemerintah Australia dalam pertemuan Melawan Kekerasan Ekstremis di Sydney pada Kamis kemarin justru menilai suatu kesalahan jika kelompok tersebut dilabeli demikian. 

"Justru apa yang dikatakan oleh perdana menteri Australia dengan menyebut mereka sebagai kultus kematian adalah kekeliruan terbesar dan malah memenuhi propaganda yang mereka lancarkan," kata Rehman Malik. 

Dia menambahkan, jika kelompok tersebut tahu mereka disebut mengkultuskan kematian, mereka malah merasa bangga."Karena apa? Karena kita telah dianggap menjunjung mereka," Rehman menambahkan. 

Rehman turut mengkritik kebijakan Perdana Menteri Tony Abbott yang berencana untuk mencabut kewarganegaraan warga Australia yang terbukti bergabung bersama kelompok militan Islamic State of Iraq and al Sham (ISIS). Rehman Malik berpendapat, alih-alih mengancam untuk mencabut kewarganegaraan, Abbott bisa mengajak mereka yang telah bertobat untuk bekerja sama. 

"Ini sudah terjadi. Anak-anak kita ada yang pergi ke sana. Ada yang memilih bertahan di sana dan ada yang ingin kembali. Jangan mencabut kewarganegaraan mereka, sebab justru mereka bisa menjadi sekutu yang terbaik," papar Rehman Malik.  
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya