Teroris Pabrik Gas Prancis Tak Masuk Radar Intelijen

Polisi Prancis tengah berjaga di luar pabrik gas
Sumber :
  • REUTERS/Ruben Sprich
VIVA.co.id
Hollande Adakan Pertemuan dengan Pemuka Agama
- Polisi Prancis sejauh ini telah menahan empat orang yang diduga terkait dengan aksi terorisme di sebuah pabrik gas di tenggara Prancis pada Jumat kemarin. Salah satu orang yang ditahan diduga merupakan pelaku pemenggalan terhadap pria berusia 50 tahun, Yassin Salhi. 

Belgia Ungkap Pengakuan Sebenarnya Pelaku Bom Brussels
Laman Dailymail, Jumat, 26 Juni 2015, melansir Salhi dituduh oleh polisi sengaja menabrakkan mobil yang dia gunakan untuk mengantar barang ke pintu pagar pabrik, kemudian dia melemparkan beberapa tabung gas yang dibawanya ke pabrik. Rupanya dia berharap ledakan tabung gas itu bisa menghancurkan seluruh komplek pabrik gas asal Amerika Serikat, Air Products. 

Spanyol-Prancis Terlibat 'Perang' Bisnis Anggur
Kenyataannya ledakan yang terjadi relatif kecil dan hanya melukai dua pekerja pabrik. Luka yang disebabkan pun tidak terlalu membahayakan nyawa mereka.

Salhi disebut media Prancis membunuh bosnya sendiri di tempat lain, lalu jasadnya dibuang di pabrik yang berlokasi di Saint-Quentin-Fallavier. Sementara, kepalanya digantung di pagar yang tak jauh dari bendera buatan mirip kelompok Islam militan.

Di kepala yang digantung di pagar tersebut terdapat sebuah pesan dalam Bahasa Arab. Belum diketahui apa makna dari pesan tersebut. 

Istri Salhi yang tidak disebutkan namanya mengaku terkejut ketika mengetahui suaminya sebagai tersangka utama pelaku tindakan teror. Dia menjelaskan suaminya bekerja sebagai pengantar barang. Salhi disebut sebagai seorang Muslim yang taat dan berangkat ke kantor setiap pukul 07.00.

"Jantung saya berhenti, ketika mendengar dia dijadikan tersangka. Saya sedang menunggu untuk bertemu dia kemarin sore," kata istrinya ketika diwawancarai oleh stasiun radio, Europe 1

Sang istri mengaku sempat tak percaya suaminya dijadikan tersangka. Sebab, mereka berasal dari keluarga yang normal. Dia mulai khawatir ketika menghubungi suaminya, tetapi malah langsung tersambung ke mesin penjawab.

"Kami keluarga Muslim yang normal. Kami sedang merayakan Ramadhan dan memiliki tiga anak serta kehidupan keluarga yang normal," kata dia. 

Menteri Dalam Negeri Prancis, Bernard Cazeneuve, mengatakan pelaku yang berusia 35 tahun itu pernah diselidiki di tahun 2006 karena terkait dengan aksi radikal. 

"Tetapi hasil penyelidikan di tahun 2008, dia benar-benar di luar radar dan dia tak memiliki catatan kriminal," ungkap Cazeneuve yang lansgung mengunjungi lokasi kejadian di Saint-Quentin-Fallavier dekat kota Grenoble dan Lyon.

Salhi tidak diketahui terlibat dalam serangan teror lainnya. Kendati begitu, namanya sempat masuk daftar pemantauan polisi sebagai orang yang berpotensi menjadi Muslim radikal di tahun 2006 lalu. Perwakilan organisasi International Observatiry of Terrorism, Roland Jacquard, menyebut alasannya dia ikut tergabung dalam masjid di Lyon. 

Masjid yang sering dia datangi saat itu dikaitkan dengan sebuah kelompok teroris tertentu. Menurut laporan media Prancis, Salhi tinggal di pinggiran kota Saint Priest di Lyon. 

Dia ditangkap usai serangan teror itu oleh seorang pemadam kebakaran yang sempat mengalami luka. (one)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya