RI Bisa Berkontribusi dalam Pengembangan HAM di Korut

Kim Jong Un selalu mengabaikan sanksi yang dijatuhkan AS dan PBB.
Sumber :
  • REUTERS/KCNA
VIVA.co.id
Respons 'Miring' Ambisi Korea Utara Kirim Bendera ke Bulan
- Organisasi Citizen's Alliance for North Korean Human Rights (NKHR) mengatakan Indonesia dapat berkontribusi dalam perbaikan pengembangan Hak Asasi Manusia (HAM) di Korea Utara. Sebab, RI dianggap sebagai negara yang sedang berkembang dan memiliki pengaruh yang cukup besar di dunia. 

Korea Utara Berambisi Tancapkan Bendera di Bulan
Hal itu disampaikan oleh perwakilan NKHR, Michele Park Sonen, di Dia.Lo.Gue Artspace di Kemang, Jakarta Selatan. Di galeri itu, NKHR menggandeng LSM lokal, Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam) untuk menyelenggarakan pekan HAM Korut di Indonesia. Ini menjadi kali kedua acara serupa digelar di Tanah Air.

Korut Retas Surat Elektronik Petinggi Korea Selatan
"Indonesia bisa berkontribusi baik melalui hubungan bilateral maupun dalam bentuk dukungan terhadap resolusi-resolusi PBB seputar HAM di Korut," kata Michelle. 

Salah satu kasus pelanggaran HAM yang paling disoroti saat ini adalah mengenai penghilangan paksa atau penculikan terhadap warga negara asing oleh Korut. Setidaknya, ada lebih dari 82 ribu kasus penculikan yang menimpa warga Korea Selatan dan warga negara asing. Mereka berasal dari Malaysia, Thailand, Singapura, dan warga negara Eropa. 

"Gerakan ini adalah komitmen kita semua untuk mengangkat kemanusiaan. Perlu komitmen global untuk memberi perhatian terhadap apa yang terjadi di Korea Utara," ujar Sekretaris Elsam, Rochiatul Aswidah.

Acara itu turut dihadiri dua orang warga Korut yang menjadi korban kejahatan HAM di sana. Mereka adalah Kim Hyeok (32), mantan narapidana Jeongeori dan Kang Chun Hyeok (29). Keduanya berhasil kabur dari Korut ketika masih berusia 18 tahun. 

Beruntung, mereka berhasil kabur bersama orang tua. Sebab, banyak dari warga Korut terpaksa meninggalkan keluarga di Pyongyang, sehingga menjadi terpisah. 

Kim mengaku senang bisa datang ke Indonesia dan memberi informasi mengenai kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Korut. 

"Dengan bantuan dari negara-negara sahabat, ada pengungsi yang akhirnya bisa selamat, oleh sebab itu saya senang bisa memberikan kesaksian di sini," kata Kim. 

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Kang yang kini berprofesi sebagai seniman dan penyanyi rap. Dia memanfaatkan bakat melukis yang dimiliki untuk menceritakan pengalamannya selama berada di Korut. Beberapa karyanya turut dipajang di galeri di kawasan Kemang tersebut. 

Pekan HAM Korut akan berlangsung selama enam hari. Acara tersebut akan menampilkan berbagai agenda seperti pameran seni, pemutaran film hingga diskusi film. Acara akan ditutup pada 20 September 2015. 

Sebelumnya, Pemerintah Korut melalui Duta Besarnya yang bertugas di Jakarta pernah melayangkan protes kepada Kementerian Luar Negeri, karena membiarkan penyelengaraaan simposium internasional yang membahas mengenai HAM di Korut pada Februari lalu.

Menurut Dubes Korut untuk Indonesia ketika itu, Ri Jong Ryul, simposium itu hanya bertujuan untuk menyebarkan rumor dan permusuhan terhadap Pyongyang. 

"Indonesia dan Korea Utara selama ini berhubungan sangat erat. Tolong hentikan pertemuan-pertemuan semacam ini untuk menentang negara kami. Kami menghormati harga diri dan kedaulatan negara-negara lain," kata Ri.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya