Anak-anak Gaza Atasi Trauma dengan Balet

Balet Gaza
Sumber :
  • REUTERS/Suhaib Salem

VIVA.co.id - Situasi perang dan ketegangan yang begitu sering terjadi menimbulkan trauma bagi anak-anak. Siapa sangka, menari balet bisa menjadi terapi untuk mereka.

Sekolah balet Al-Qattan, sebuah lembaga yang menjadi pusat pengelolaan seni  bagi anak-anak di Gaza kini menjadi favorit. Puluhan anak menjadi bagian dari kelas tersebut, dan daftar tunggu sudah mendekati seribuan.

Di tengah situasi yang penuh ketegangan dan peperangan di Jalur Gaza, sekolah ini menjadi oase bagi anak-anak tersebut untuk menemukan ketenangan dan berlatih menguasai diri mereka.

"Sudah lama kelas balet ditunggu oleh banyak orang tua d Gaza. Namun kami tak pernah berhasil mendapatkan gurunya. Sangat sulit mendatangkan pengajar balet dari luar negeri," kata Heyam Al-Hayek, pemimpin Al Qattan, seperti dikutip Reuters, Senin, 1 Desember 2015.

Mimpi itu mulai menjadi nyata setelah lembaga ini bertemu dengan Tamara, seorang warga Ukraina yang menikah dengan warga Palestina dan memilih tinggal di Gaza. Tamara, yang meminta tak disebutkan nama keluarganya, ternyata pernah belajar tari dan sangat memenuhi kualifikasi untuk mengajar balet.

Awal musim panas, Al Qattan membuka kelas balet untuk pertama kalinya. Sekitar 50 orang tua langsung mendaftarkan anak mereka. Pendaftar makin membludak setelah sejumlah orang tua memberi kesaksian, balet membuat anak-anak perempuan mereka kembali ceria.

"Baru hari pertama dia belajar balet, ia kembali ke rumah dan begitu bahagia seperti seekor burung. Dia terus mengulangi gerakan yang diajarkan, dan terus berputar keliling rumah seperti seekor kupu-kupu," cerita Manal Abu Muamar, orang tua Maria, gadis berusia enam tahun.

Manal mengakui balet sangat efektif membantu gadis kecilnya pulih dari trauma. "Ia telah menderita sejak perang tahun 2012. Kondisinya semakin memburuk sejak perang terakhir," katanya.  Manal mengatakan Maria kerap mimpi buruk dan sangat takut tidur.

Diplomat RI Dukung Palestina Lewat Lantunan Jazz

Anak-anak yang menjadi peserta kelas balet telah melalui empat perang besar dalam hidup mereka yang masih pendek. Sejak Jalur Gaza dikuasai kelompok Hamas yang melakukan kontrol penuh atas wilayah tersebut pada 2007, sejak Mesir dan Israel terus melakukan blokade terhadap wilayah tersebut dan terus mengawasi peredaran makanan dan warga yang akan melintasi Gaza, sejak itu lah hidup anak-anak tersebut menjadi penuh ketegangan dan kekhawatiran akan perang yang bisa tiba-tiba berkecamuk.

Lebih dari separuh penduduk Gaza, atau sekitar1,8 juta warga Gaza berusia dibawah 18 tahun. Menurut UNICEF, 400.000 diantara mereka membutuhkan penanganan psikologis.

Bagi orang tua, mengikuti tari balet akan membuat anak-anak mereka bisa sedikit melupakan kehidupan Gaza yang keras, dan secara psikolgis mengembalikan keceriaan masa kecil mereka. (ren)

Menlu RI, Retno Marsudi, saat melantik Konsul Kehormatan pertama Indonesia di Palestina, Maha Abu-Shusheh, yang berkedudukan di Ramallah pada 13 Maret 2016.

Menlu Lantik Konsul Kehormatan RI Ramallah di Amman

Israel tak izinkan helikopter yang membawa Menlu RI ke Ramallah

img_title
VIVA.co.id
13 Maret 2016