Iran Masih Buru Salman Rushdie, Jumlah Hadiah Makin Besar

Salman Rushdie.
Sumber :
  • REUTERS/Andrew Winning

VIVA.co.id - Fatwa mati yang pernah disampaikan pemimpin spiritual tertinggi Iran, Ayatollah Khomeini, terhadap Salman Rushdie, tak pernah berakhir. Bahkan sejumlah media Iran sepakat bergabung meningkatkan jumlah hadiah bagi mereka yang bisa membunuhnya.

Iran Eksekusi Mati Ilmuwan Nuklirnya

Tahun 1989, pemimpin spiritual Iran, Ayatollah Khomeini menjatuhkan fatwa mati bagi Salman Rushdie, tak lama setelah ia meluncurkan buku berjudul "Ayat-ayat Setan." Menurut Khomeini, buku yang diluncurkan oleh Rushdie berisi hujatan melawan Islam.

Kini, setelah 27 tahun berlalu fatwa itu tak pernah dicabut. Malah, seperti dikutip dari Haaretz, Senin, 22 Februari 2016,  nominal bagi mereka yang berani membunuh Salman Rushdie ditambahkan. Hadiah sebesar US$600.000 atau hampir Rp7 miliar diberikan pada siapa saja yang berani menghilangkan nyawa penulis buku kontraversi itu.

Iran Akui Tentaranya Tewas dalam Perang Suriah

Fatwa Khomeini membuat penulis asal Inggris itu melakukan persembunyian selama bertahun-tahun dan menyewa penjaga untuk melindunginya. Pemerintah Inggris bahkan memilih memutus hubungan diplomatiknya dengan Iran selama lebih dari 10 tahun.

Mantan Presiden Iran Mohammad Khatami tahun 1998 pernah mengatakan, fatwa itu telah selesai, namun fatwa itu tak pernah benar-benar dicabut. Ali Khamenei, pemimpin spiritual tertinggi saat ini, dan sejumlah pemimpin spiritual lainnya mengatakan, ulama telah menegaskan hal tersebut selama beberapa kali.

AS dan Israel Bahas 'Pengiriman' Virus Stuxnet ke Iran

"Fatwa Imam Khomeini adalah keputusan religius, dan fatwa itu tak akan pernah kehilangan kekuatannya," komentar Deputi Menteri Kebudayaan Iran Seyed Abbas Salahi kepada kantor berita pemerintah Iran, Fars.

Buku "Ayat-ayat Setan" karangan Rushdie mengundang kemarahan umat Islam di seluruh dunia. Buku tersebut juga dilarang di India, Sudan, Bangladesh, dan Afrika Selatan.

Rushdie boleh selamat dari fatwa Khomeini.  Sejumlah orang yang terlibat dalam penerbitan tersebut tak seberuntung Rushdie. Hitoshi Igarashi, penerjemah buku tersebut dalam bahasa Jepang tewas ditusuk pada tahun 1991. Sedangkan penerjemah asal Italia, Ettore Capriolo, juga sempat diserang di apartemennya di Milan pada tahun 1991. Namun Capriolo selamat.

Di Turki, penerjemah Aziz Nesin berhasil kabur dari upaya pembakaran hotel saat ia menginap. Sementara 33 tamu yang sedang menginap di hotel yang sama tewas terbakar. Sedangkan di Norwegia, penerbit buku tersebut, William Nygaard selamat setelah ditembak di Oslo tahun 1993.

Tahun lalu, Iran mengundurkan diri dari Frankfurt Book Fair setelah Rushdie diumumkan menjadi salah satu pembicara di acara tersebut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya