Nasib Malang Buruh Anak di India

Anak-anak di India. Tak semuanya bernasib baik.
Sumber :
  • REUTERS/Adnan Abidi

VIVA.co.id – Marimuthu, seorang remaja dari India selatan, tak pernah tahu bagaimana nasib menjalankan hidupnya. Keinginannya meringankan beban utang sang ibu, malah berujung pada kakinya yang terbakar akibat disiram minyak panas oleh majikan.

Jumlah Pekerja Anak Masih Cukup Tinggi

Dikutip dari laman Reuters, Kamis 25 Februari 2016, tiga bulan lalu, ibu Marimuthu yang terjebak dalam jeratan utang terpaksa mengirimkan remaja pria berusia 15 tahun itu untuk bekerja di toko manisan. Ibu Marimuthu memiliki utang hingga 20 ribu rupee.

Sebagai upah karena mengijinkan anaknya bekerja, maka ibu Marimuthu akan menerima pembayaran sebesar 40 ribu rupee. Separuh uang tersebut sudah ia terima, dan sisanya akan dibayarkan pada November mendatang.

Buruh Anak di Myanmar, PR Lama Pemerintahan Baru

Merasa butuh, ibu Marimuthu merelakan anaknya bekerja. Ia diberi tahu, Marimuthu akan dipekerjakan di kota terdekat. Namun, ternyata anaknya dipekerjakan sangat jauh dari rumah mereka.

Ternyata, Marimuthu mendapat majikan yang buruk. Ia dipaksa bekerja hingga 15 jam per hari dan hanya sedikit waktu libur.

Sadis, Remaja Ini Tewas Usai Diperkosa dan Dibakar

Suatu hari, remaja pria ini menderita sakit kepala hebat. Ia meminta izin untuk istirahat. Namun, majikannya marah dan menolak permintaan itu. Sambil berteriak-teriak, majikannya lalu menyiramkan minyak panas ke kaki Marimuthu. Sehari setelah itu, Marimuthu melarikan diri. Ia berusaha mencari rumah sakit untuk mengobati kakinya.

Menurut Global Index 2014, perbudakan Marimuthu hanya salah satu korban dari 16 juta penduduk India yang dipaksa untuk menjadi buruh kasar, diperdagangkan ke pelacuran, terjebak dalam jeratan utang, atau lahir dalam perbudakan.

Kebanyakan dari mereka tidak dibayar, karena dijadikan jaminan untuk melunasi utang, seperti yang terjadi pada Marimuthu. Ia dikirim ke Maharashtra, negara bagian barat India, dari rumahnya di Madurai, negara bagian Tamil Nadu, tiga bulan lalu. Namun, ia menebus hidupnya dengan siksaan majikan, jam kerja yang memberatkan, dan kini kaki yang terluka parah.

Menurut aktifis LSM yang peduli pada nasib anak India, kasus Marimuthu adalah kasus bagaimana pola eksploitasi pada anak terjadi. Meski sudah dilaporkan ke polisi, namun kasus Marimuthu sudah lintas negara bagian, karena tempat tinggal dan tempat bekerja yang berjauhan.

"Kami tak yaki,n ia bisa mendapatkan keadilan atas kakinya. Karena kejahatan tersebut terjadi di negara bagian yang berbeda, dan tak ada yurisdiksi," kata A.Kathir dari LSM Evidence, yang mendaftarkan kasus tersebut ke Kepolisian Madurai.

"Banyak anak-anak dari wilayah ini yang dipekerjakan untuk bekerja di toko permen. Bagi penduduk di sini, bekerja di toko permen sangat terkenal," katanya menambahkan.

"Kasus penganiayaan pada mereka mulai terkuak, setelah sejumlah anak melarikan diri pada tahun 2011. Sejak itu, bertambah banyak mereka yang kabur dan diselamatkan oleh polisi Tamil Nadu," ujarnya.

Kebanyakan anak-anak itu tak tamat sekolah dasar. Marimuthu mengaku masih ingin menamatkan sekolahnya, namun ibunya sudah meninggal dunia bulan lalu. Ayahnya adalah seorang pecandu alkohol dan masih ada dua adiknya yang bersekolah.

"Jadi, mungkin saya akan kembali bekerja," katanya. "Saya akan bekerja lagi, setelah keluar dari rumah sakit." (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya