Libya Ingin Belajar Demokrasi dari Indonesia

Presiden Jokowi dan Perdana Menteri Libya Fayez al Sarraj.
Sumber :
  • OIC-ES2016/Akbar Nugroho Gumay/pras/16.

VIVA.co.id - Di sela-sela KTT Luar Biasa OKI 2016, Presiden RI, Joko Widodo mengadakan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Libya, Fayez al-Serraj. Libya, banyak bertanya tentang penerapan demokrasi di Indonesia.

Mobilnya Dihujani Peluru, PM Libya Lolos dari Upaya Pembunuhan
"Tadi sudah bertemu dengan PM Libya dan yang pertama tadi saya ucapkan adalah selamat atas terbentuknya Pemerintah Nasional Gabungan terbaru yang ada di Libya," kata Presiden Jokowi, Senin, 7 Maret 2016 di JCC, Senayan, Jakarta.
 
Maju sebagai Capres Libya, Ini Kontroversi Saif al-Islam Gadaffi
Lalu, kata Jokowi, kedua negara sepakat meningkatkan kerja sama di beberapa bidang. Pertama adalah di bidang energi, beberapa BUMN dan swasta Indonesia sudah beroperasi di Libya dan ini akan dilanjutkan kembali setelah situasi Libya kondusif.
 
Mengejutkan, Putra Gaddafi Daftarkan Diri Jadi Capres Libya
Pria nomor satu di Indonesia itu melanjutkan, di bidang konstruksi juga terjadi kerja sama. BUMN Indonesia bekerja sama bidang konstruksi dan perumahan-perumahan yang ada di Libya.
 
"Terjadi kesepakatan karena Libya juga membuka diri untuk bekerja sama. Di bidang demokrasi, tadi perdana menteri menyampaikan ingin belajar dari Indonesia dalam pengalaman berdemokrasi. Tadi sudah berbicara banyak mengenai Pilpres, mengenai pilkada gub/wagub, bupati dan wali kota. Saya kira hal seperti ini yang tadi banyak ditanyakan oleh PM Libya," kata Jokowi.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya