Palestina Kecam Pernyataan Trump soal Setop Bantuan

Presiden Palestina Mahmoud Abbas
Sumber :
  • REUTERS/Mike Segar

VIVA – Pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menyampaikan rencana untuk menghentikan bantuan pada Palestina menuai protes dan kecaman.

Donald Trump dan Kedua Anaknya Akan Diperiksa Terkait Penipuan

Nabil Abu Rdainah, juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, mengatakan, Palestina tak pernah melawan atau menolak untuk kembali ke meja perundingan yang runtuh pada 2014.

Ia menegaskan, Palestina akan tetap berdiri di sepanjang garis yang selama ini menjadi bagian dari negara mereka di Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza. Ketiga wilayah itu diduduki oleh Israel pada perang tahun 1967.

Donald Trump Ambil Surat Cinta Kim Jong Un dari Gedung Putih

"Jika Amerika Serikat sangat peduli dan menginginkan perdamaian, mereka harus mematuhi itu," ujarnya seperti dikutip dari Reuters. "Yerusalem tidak untuk dijual, tidak untuk emas, atau untuk perak," ujarnya tegas.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Hanan Ashrawi, seorang anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina merespons Trump dengan mengatakan, "Kami tak bisa diperas".

Parasit Berbahaya Terungkap dari Toilet di Yerusalem

Trump mengatakan, AS mengucurkan dana cukup besar ke Palestina selama ini, namun Palestina menolak berunding untuk perdamaian. "Kami membayar Palestina hingga ratusan juta dolar per tahun dan tak dapat apresiasi sama sekali apalagi respek. Mereka bahkan tidak mau bernegosiasi. Palestina tak mau lagi diajak bicara, jadi untuk apa membayari mereka," kata Trump.

Pernyataan Trump juga dibenarkan oleh Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley. Selain memberikan bantuan langsung, selama ini AS juga merupakan donor terbesar untuk badan PBB yang khusus mengurusi Pengungsi Palestina (UNRWA).

"Presiden mengatakan tidak ingin memberikan dana tambahan atau bahkan mau menghentikan pendanaan sampai orang-orang Palestina setuju untuk kembali ke meja perundingan," kata Nikki Haley seperti dikutip dari Reuters, 3 Januari 2018.

Keputusan Presiden AS Donald Trump yang memilih mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel juga menyebabkan kemarahan rakyat Palestina. Deklarasi yang disampaikan Trump pada 6 Desember 2017 itu juga menimbulkan kemarahan di negara-negara Timur Tengah, juga negara-negara dengan penduduk mayoritas Islam seperti Indonesia dan Malaysia. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya