TGPF Beberkan Kesulitan Ungkap Kasus Novel, Minim Saksi dan CCTV Buram

Penyidik senior KPK, Novel Baswedan
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

VIVA – Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) kasus penyiraman air keras terhadap Penyidik KPK, Novel Baswedan membeberkan hasil kerja tim selama enam bulan ini. Selama kurun waktu tersebut, tim yang terdiri dari para pakar, Polri dan KPK ini belum berhasil mengungkap siapa pelaku penyerangan terhadap Novel.

Integritas Firli Bahuri dan Komitmen Penegakan Hukum Irjen Karyoto

Tim bentukan Kapolri Jenderal Polisi, Tito Karnavian ini mengungkapkan, ada beberapa hal yang membuat kasus Novel sulit diungkap di antaranya minim saksi dan rekaman CCTV di lokasi yang buram.

Terkait saksi, Anggota TGPF Nur Kholis mengatakan, pihaknya sudah memeriksa puluhan saksi baik sebelum kejadian, saat kejadian maupun usai kejadian.

Omongan Lawas Novel Baswedan soal Karma Firli Bahuri: Tak Usah Dibalas, Nanti Jatuh Sendiri

Sesaat sebelum kejadian peristiwa penyiraman, hanya terdapat satu saksi yakni EJ. Ketika itu, saksi selesai salat subuh di Masjid Al-lkhsan, yang keluar terburu-buru pulang ke rumah karena sakit perut ingin buang air besar.

Dia melintas di pinggir jalan (dekat Masjid) dengan kurangnya penerangan melihat dua orang tidak dikenal. Mereka sedang duduk dekat sepeda motor (tidak teridentifikasi) menggunakan helm dan satunya dalam posisi menunduk.

Firli Bahuri Kirim Surat ke Jokowi Nyatakan Mundur Jadi Ketua KPK, Novel: Modus Lama!

Sesaat kejadian peristiwa penyiraman, hanya terdapat satu saksi yakni IS dalam posisi sekitar 15 meter di belakang Novel, yang melihat dua orang mengendarai sepeda motor (tidak teridentifikasi merk motor dan nomor polisinya). Mereka berboncengan menggunakan helm full face dan melakukan penyiraman terhadap korban.

"Bahkan Novel pun tidak sempat melihat pelaku pada saat terjadi penyiraman, hanya mendengar suara mesin dan cahaya lampu motor yang mendekat padanya dari belakang," kata Nur Kholis di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Rabu, 17 Juli 2019. 

Sesaat setelah peristiwa penyiraman, saksi M dan S, yang berjalan di depan korban, pulang dari masjid mendengar teriakan minta tolong dari Novel dan melihat dua orang melintas mengendarai sepeda motor berboncengan dengan kecepatan tinggi (tidak teridentifikasi merk motor dan nomor polisinya) menggunakan helm full face. 

Kemudian, terkait dengan rekaman CCTV, Nur Kholis, menyebut bahwa rekaman tersebut memiliki resolusi yang rendah hingga tidak dapat mengidentifikasi terhadap identitas kendaraan. Dua orang pengendara sepeda motor tersebut yang berboncengan masing-masing menggunakan helm full face warna hitam dan putih.

"Meskipun rekaman CCTV (Closed Circuit Television) telah mendapatkan bantuan teknis dari AFP (Australian Federal Police) untuk memperjelas resolusi gambar namun tetap tak teridentifikasi," katanya.

Tak hanya rekaman CCTV di lokasi kejadian, rekaman CCTV yang berasal dari salah seorang rumah saksi bernama Er hanya memperlihatkan kelanjutan pelarian dari dua orang terduga pelaku melalui jalur yang dilewati, setelah melakukan penyiraman zat kimia kepada Novel dan tidak melewati jalur rumah saksi Au dan Sdr. 

"CCTV yang berasal dari rumah Au telah dilakukan pemeriksaan, dan hasilnya CCTV dimaksud tidak terlihat pelaku melewati jalur di depan rumah  Au," katanya. [mus]

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya