Tak Ada Pesaing, Mestinya PT KA Bisa Untung

KRL Ekonomi
Sumber :
  • Photobucket/Jhon Ipenk

VIVAnews - PT Kereta Api (KA) merupakan perusahaan moda transportasi massal modern. Dengan sifatnya yang monopolistis dan sebaran nyaris menjangkau di seluruh kota di Jawa dan Sumatera. Perusahaan milik negara ini dianggap paling menguntungkan dengan bentangan jalur rel yang dapat menghubungkan dengan bandara dan pelabuhan.

"Tidak ada pesaing, sehingga seharusnya banyak keuntungan bisa diraup," ujar Ketua Indonesian Railway Watch, Hendardi kepada VIVAnews.com, Rabu, 19 Januari 2011.

Namun, karena masih mewarisi kebijakan orde baru yang anti transportasi massal, maka lebih sering ketinggalan dibandingkan negeri-negeri yang belakangan mengoperasikan kereta seperti Malaysia.

Padahal, dengan penduduk yang sangat padat dan kebutuhan transportasi massal setiap hari baik dalam kota maupun antarkota, keberadaan kereta api sangat vital.

Menurut Hendardi, dapat disaksikan pemandangan setiap sore, kereta yang menuju Depok-Bogor dan Bekasi selalu berjubel hingga sebagian naik ke atap gerbong dan bergelantungan di lokomotif.

"Dengan konsumen yang membludak, rasanya sulit menerima pernyataan atau kenyataan mengenai kereta yang harus dihentikan beroperasi seperti KA Parahyangan dan Ekspres Malang," ujar Hendardi.

Sementara itu, Direktur Utama PT KA, Ignasius Jonan membantah jika PT KAI dinilai perusahaan yang memonopoli jalur transportasi. Karena banyak moda transportasi yang dapat dipilih masyarakat.

"Saat ini, untuk pergi ke Bandung dari Jakarta, masyarakat sudah bisa pergi ke sana menggunakan sepatu roda, mobil pribadi, bus atau pesawat sekalipun. Beda jika kondisinya tahun 1980-an," ujar Jonan beralasan.

Jonan juga beranggapan tarif kereta api di kelas tertentu saat ini tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan apalagi meraup keuntungan.

"Misalnya, angkutan seperti bus yang tidak perlu merawat jalan juga tujuan Jakarta-Bogor paling murah tarifnya 10 ribu rupiah. Lah ini tarif kereta masih dua ribu rupiah," ujar Jonan.

Sedangkan menurutnya, ada beberapa problematika yang harus dihadapi PT KA untuk memenuhI standar pelayanan. Di antaranya kondisi lingkungan sosial yang kerap memunculkan tindakan vandalisme dan pelemparan batu.

Selain itu, kondisi sarana dan pra sarana yang rata-rata berusia tua, tidak adanya perawatan dan SDM yang 30 persen menjelang pensiun.

Masalah yang terpenting, rendahnya kemampuan pembiayaan untuk perawatan karena rendahnya tarif yang tidak memenuhi kebutuhan.

"Jika saja kereta barang tidak berjalan, otomatis kereta kelas ekonomi tidak akan berjalan. Karena saat ini, 30 persen biaya pengoperasian kereta ekonomi ditopang kereta angkutan barang," ujar Jonan. (adi)

Pembunuh Mayat Dibungkus Sarung Santai Jualan di Warung Madura Usai Gorok Korban
[dok. Humas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI]

Sandiaga: Maskapai Emirates Bakal Tambah Penerbangan ke Bali

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, melaporkan hasil kunjungan ke Uni Emirat Arab dan Korea Selatan pada 8-11 Mei 2024.

img_title
VIVA.co.id
14 Mei 2024