Tahun 2012, Jakarta Terancam Banjir Besar?

Banjir di Cengkareng, Jakarta Barat
Sumber :
  • VIVAnews/Maryadi

VIVAnews - Jakarta mulai memasuki musim penghujan. Intensitas curah hujan di ibukota diprediksi akan mencapai puncaknya pada Januari-Februari 2012 mendatang.

Entah kapan tepatnya warga Jakarta mengenal istilah 'siklus banjir lima tahunan', yang jelas ungkapan itu kerap digunakan sejak banjir besar melanda ibukota pada 1996, 2002, dan 2007. Jika menuruti  siklus tersebut, maka warga ibukota yang bermukim di wilayah rendah patut khawatir karena setelah banjir besar melanda Jakarta pada 2007, maka tahun depan bisa jadi hal itu terulang lagi.

Benarkah banjir besar lima tahunan mengancam Jakarta tahun depan?

Ahli planologi, Universitas Trisakti, Yayat Supriatna menegaskan, siklus lima tahunan hanya mitos belaka. Sedangkan secara keilmuan, yang bisa menyebabkan Jakarta kembali dilanda banjir besar adalah adanya perubahan lingkungan.

"Secara bentang alam kalau kemampuannya bagus, seberapa besar curah hujan asal masih bisa meresap airnya, itu tak jadi masalah. Namun jika keadaan alamnya makin rusak maka otomatis banjir besar itu bisa terjadi, terlepas ada mitos siklus 5 tahunan atau tidak, kalau lingkungan tak dipelihara, ini mungkin terjadi," kata Yayat ketika berbincang dengan VIVAnews.com, Minggu malam, 30 Oktober 2011.

Yayat tak memungkiri, meski pembangunan drainase atau saluran air baru telah dilakukan Pemprov DKI Jakarta pada sejumlah titik jalan protokol, banjir besar masih mungkin terjadi.

"Membangun drainase baru memang salah satu cara menghilangkan genangan air, namun tidak mengatasi banjir. Kalau kita lihat saat ini penanganan drainase sekunder tidak akan efektif tanpa melakukan pembenahan di sisi primer, yakni pengerukan pada sungai-sungai yang ada di Jakarta," ujarnya.

Menurut Yayat, salah satu sungai yang kondisinya memprihatinkan dan merupakan penyumbang besar bencana banjir apabila meluap, adalah kali Krukut. Kali Krukut ini, kata Yayat, tidak pernah dikeruk, sehingga apabila curah hujan tinggi airnya sangat mudah meluap ke daratan.

"Kalau sungainya tidak dikeruk sama saja, percuma membenahi drainase. Apapun yang dibenahi kalau saluran primer tidak diperhatikan, maka luapan air sungai akan lebih parah. Baik sekunder maupun primer harus sinkron," ungkapnya.

Upaya pemprov DKI mencegah bajir melalui pembangunan Kanal Banjir Timur (KBT) pun menurut Yayat bukan jaminan mencegah Jakarta dari banjir. Masih banyak titik rawan lainnya yang luput dari perhatian Pemprov DKI dalam merencanakan pembangunan KBT tersebut.

"Mungkin lokasi banjir bisa berpindah, mungkin kali ini tidak pada koridor wilayah langganan banjir seperti di Jakarta Timur atau Utara, namun jangan lupa karena masih ada wilayah yang belum tersentuh, seperti misalnya di kawasan jembatan Kalibata yang katanya mau dibuat sodetan," jelasnya.

Yayat pun memprediksi wilayah genangan air akan meluas. Jika dulu kawasan pemukiman menjadi langganan banjir, kini justru bisa saja kawasan jalan protokol yang jadi sasarannya.

"Yang jelas wilayah yang tergenang bukan pemukiman tapi pada koridor jalan utama, jalan protokol, karena drainasenya belum semua dibenahi, polanya akan berubah. Tentu saja efeknya akan membuat kondisi lalu lintas macet parah," tuturnya.

Apakah banjir yang melanda Jakarta akan sehebat banjir Bangkok?

Yayat mengatakan kondisi Bangkok dengan Jakarta berbeda. Dia pun berharap peristiwa seperti itu tak dialami Jakarta. "Tetapi kemungkinan banjir besar masih bisa terjadi jika tingkat kerusakan di daerah hulu semakin parah," tandasnya. (adi)

6 Pemain yang Bisa Didatangkan Inter Milan, dari Juara Serie A hingga Penantang Liga Champions
Anang Hermansyah dan Ghea Indrawari

Pertanyakan Ghea Indrawari yang Belum Menikah, Anang Hermansyah Dihujat Netizen

Anang Hermansyah mulanya menanyakan berapa usia Ghea Indrawari. Suami Ashanty tersebut nampak keheranan karena sampai kini Ghea Indrawari belum punya pasangan.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024