Korban Tembok Roboh Semakin Memburuk

Korban luka bakar , Samsul Bahari
Sumber :
  • VIVAnews/ Erik Hamzah

VIVAnews - Samsul Bahari, 6 tahun, siswa kelas 1 SDN Kranji XV, yang menderita luka bakar diatas 50 persen keadaannya makin memburuk.

Samsul merupakan salah satu dari 14 orang yang menjadi korban robohnya pagar Yayasan Al-Ittihad di Kampung Bulak RT 05 RW 10 Kelurahan Bekasi Barat, Kota Bekasi, Selasa 29 November 2011.

Anak ketiga dari lima bersaudara ini, menderita luka bakar serius dihampir seluruh tubuhnya akibat tersiram air panas bakso. Saat itu, Samsul sedang jajan di samping sekolah sambil menunggu masuk kelas. Wajah, dada, pundak, punggung, tangan kanan dan kedua kakinya melepuh akibat air panas pedagang bakso.

Ketika itu gerobak bakso terguling akibat tertimpa tembok dan kuah panasnya mengenai beberapa anak yang tengah asik jajan.

“Kondisinya semakin memburuk, jadi sering mengigau. Mungkin karena lukanya yang cukup panas,” ujar Latif Nimu, 36 tahun, orang tua Samsul saat ditemui di RSUD Bekasi, Rabu 30 November 2011.

Menurut warga Kampung Kranji Bulak RT 03 RW 10 Kranji Bekasi Barat itu, rencananya hari ini Samsul akan dirujuk ke RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Karena, peralatan yang ada di RSUD Bekasi tidak memadai. “Dokter yang merawat bilang kalau Samsul harus dirujuk ke sana, kalau tidak lukanya akan semakin parah,” kata Latif.

Samsul sendiri dibawa oleh warga ke RSUD Bekasi usai kejadian dengan menggunakan becak.

Latif menuturkan, untuk biaya perobatan anaknya sudah ditanggung oleh Pemerintah kota Bekasi. Karena menurutnya, semua korban luka akibat runtuhan tembok ditanggung oleh pemkot. "Karena semua pasien luka akibat peristiwa itu masuk dalam daftar pasien Kejadian Luar Biasa (KLB),” katanya.

Saat ditemui di ruang isolasi Tulip kamar nomor 7 RSUD Bekasi, Samsul sedang tidur. Selang infus masih tertancap di tangan kanannya. Dokter juga memberi selang oksigen dihidungnya.

Latif yang sehari-hari bekerja sebagai tekhnisi di DIPO Stasiun Jatinegara Jakarta berharap seluruh biaya pengobatan anaknya ditanggung pemerintah hingga luka bakarnya sembuh. “Gaji saya kecil pak, saya berharap biaya pengobatan di RSCM juga ditanggung, jangan cuma di RSUD Bekasi,” ucapnya lirih.

Dia menuturkan, sejak semalam, anaknya tidur pulas. Tapi di pagi hari, anaknya sering berbicara sendiri. "Katanya ingin main sama makan apel, habis itu kecapekan terus tidur lagi. Kasian pak, anak saya harus nahan sakit kayak begini,” ungkap Latif.

Pada saat tembok pagar Yayasan Al-Ittihad rubuh, warga yang membawa Samsul ke rumah sakit sempat kebingungan mencari kelurganya.

Beruntung peristiwa yang menggemparkan itu tercium oleh sang istri yang sedang mengerjakan pekerjaan rumah tangga, di rumahnya yang hanya berjarak 50 meter dari lokasi.

“Istri saya sempat ke sekolah tanya-tanya apa anaknya jadi korban. Pas lihat daftar korban, ternyata Samsul sudah dibawa ke RSUD Bekasi pakai becak. Saya sama istri akhirnya menyusul ke sana,” ungkapnya.

Sementara itu korban luka bakar lain akibat tertumpah kuah bakso, Difa Bintang, 7 tahun, siswa kelas 1 SDN Kranji XV, hanya menderita luka bakar 30 persen. Tapi diketahui, Difa punya riwayat sakit kejang-kejang. Difa menderita luka bakar di bagian pinggul, kaki dan tangan kirinya.

“Saya sempat kesal karena dipersulit ketika mau mengambil obat. Petugas apotek sempat tidak percaya kalau anak saya jadi korban tembok rubuh. Setelah satu jam menunggu akhirnya petugas itu percaya juga," kata Nanu, 30 tahun, orang tua Difa.

Awalnya, Nanu diminta biaya obat sebesar Rp 14 ribu, tapi akhirnya obat semua gratis. Di kwitansi pembayaran tertulis pasien KLB.

Difa yang merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara, anak dari Nanu dan Atin, 27 tahun, dirawat bersebelahan dengan korban luka bakar lainnya. Ketika ditemui, Difa sedang mendapatkan perawatan dari dokter dan perawat karena penyakit kejangnya kambuh akibat terus menahan
sakit.

Kini, petugas medis di RSUD Bekasi tengah melakukan pemeriksaan apakah Difa akan dirujuk juga atau tidak ke RSCM Jakarta.

Sama dengan Latif Nimu, orang tua Difa, Nanu juga berharap semua biaya pengobatan anaknya ditanggung pemerintah hingga luka bakarnya sembuh. “Saya cuma supir angkot pak, nggak punya duit buat bayar rumah sakit," ucapnya.

Untuk Samsul sudah pasti harus dirujuk ke RSCM karena kondisi tubuhnya juga semakin lemah. Sedangkan untuk Difa, tim medis masih menunggu pemeriksaan ‘neurologi’ karena dia juga punya sakit lain (kejang) yang dikhawatirkan bisa berdampak buruk, apalagi alat di RSUD Bekasi tidak lengkap.

Dari 4 pasien yang di bawa ke RSUD Bekasi hanya tinggal tiga anak. Yang kini masih yang dirawat, yakni Samsul Bahari, Difa Bintang dan Alvi Sahrini, 8 tahun, siswi kelas 2 SDN Kranji III yang menderita luka pada bagian kepala dan dada.

Alvi yang kondisinya mulai membaik kini dirawat di ruang Wijaya Kusumah RSUD Bekasi. Sedangkan satu korban lagi Rizky Ardiansyah, 10 tahun, siswa kelas 4 SDN Kranji XV, sudah diperbolehkan pulang setelah diobati di UGD RSUD Bekasi, akibat paha kirinya tertusuk besi sisa bangunan.

Korban dalam peristiwa tembok rubuh itu mencapai 14 orang. Baik itu siswa SD, pedagang ataupun warga dan anak kecil yang kebetulan tengah berada di lokasi. Para korban dirawat di beberapa rumah sakit diantaranya, RS Ananda Kranji, RS Medika Bekasi Barat dan RSUD Bekasi. (eh)

Laporan: Erik Hamzah | Bekasi








Perlindungan Cat Mobil Berkualitas Tinggi Hadir di Jakarta Selatan
Ilustrasi penembakan.

Polisi Ditemukan Tewas di Mampang Jaksel dengan Luka Tembak di Kepala

Seorang anggota polisi ditemukan tewas dengan luka tembak di kepala di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan pada Kamis 25 April 2024

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024