Dokter Mahal, Atlet Indonesia Pilih ke Pengobatan Alternatif

Pelepasan Atlet ke Asian Youth Games 2013
Sumber :
  • VIVAbola/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews -
Kelanjutan Nasib Hyoyon SNSD, Bomi Apink hingga Im Nayoung Pasca Paspornya Ditahan Imigrasi Bali
Minimnya pengetahuan para atlet dan pembinanya dalam penanganan cedera membuat sebagian besar atlet di Indonesia memilih pengobatan alternatif ketimbang medis. Mahalnya biaya rumah sakit, menjadi salah satu faktor utama hal tersebut terjadi.

Risma Populer di Jatim tetapi Elektabilitas Khofifah Tinggi, Menurut Pakar Komunikasi Politik

Demikian disampaikan Dirut Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON), Basuki Supartono usai memberikan pengarahan pelatihan cidera pada ratusan pelatih taekwondo se-Indonesia di RSON, Cibubur Depok, Rabu 3 Desember 2014.
Menkeu Sebut Jumlah Dana Pemda Mengendap di Bank Capai Rp 180,9 Triliun


"Karena itulah Kemenpora berinisiatif membangun RSON ini. Ini sudah cukup lama. Tujuan berdirinya rumah sakit ini ialah untuk mengobati penyakit para atlet, termasuk menangani operasi. Semua gratis dan ditangani oleh ahlinya," ujarnya.


Dalam kesempatan ini pula, Basuki memberikan diklat ke pelatih taekwondo. Diklat yang diikuti 100 pelatih dari 34 provinsi ini difokuskan pada penanganan cidera saat latihan.


Basuki mengatakan berdasarkan riset ia lakukan, sepanjang tahun 2010, ditemukan 67 persen cidera atlet terjadi saat latihan.


"Ironisnya, banyak atlet dan pelatih yang belum tahu cara menanganinya. Juga belum tersedia biaya dan sarana pelayanan kesehatan untuk mengobati para atlet itu," jelasnya.


Namun apa yang dilakukannya bukan tanpa kendala.  Basuki mengaku pihaknya masih sangat membutuhkan tenaga sukarelawan khususnya bagian dokter umum. Kebutuhan tenaga dokter itu makin sulit, sebab APBN yang dialokasikan ke RSON dinilai masih sangat kurang. Ia pun berharap, ke depan pemerintah akan lebih memperhatikan hal tersebut.


"Kita mengganggap kesehatan untuk mereka kurang maksimal. Tahun 2014 kita akan seleksi CPNS untuk menambah dokter ahli dan dokter umum, psikologi. APBN yang dialokasikan ada, namun masih sangat kurang," jelas Basuki.


Baca juga:





Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya