- tvOne
VIVA.co.id - Terpidana mati kasus narkoba, Freddy Budiman tetap menjalankan bisnis kartel narkoba meski berada dalam pengawasan ketat di Lembaga Pemasyarakatan Batu, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Lalu bagaimana Freddy bekerja?
Dalam wawancara dengan tvOne, Selasa, 14 April 2015, Freddy mengaku sempat berhenti selama setahun. Ini lantaran Freddy masuk ruang isolasi setelah pada Juli 2013 , setelah Freddy.
"Setelah keluar dari ruang isolasi itu, saya lihat celahnya," katanya.
Dia lalu menggunakan warung telepon (wartel) khusus penghuni Lapas. Di situlah Freddy bisa komunikasi dengan jaringan lamanya, yang berada di Belanda dan Indonesia.
Melalui wartel itulah Freddy mengatur strategi menyelundupkan puluhan ribu pil ekstasi dari Belanda dan merencanakan membangun pabrik ekstasi di Cengkareng, Tangerang, Banten.
Belakangan, Freddy mengaku mendapat fasilitas hand phone. Setelah pegang hand phone ini, gerak Freddy makin liar hingga akhirnya geraknya terkuak.
Sebelumnya, Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri membongkar laboratorium rahasia milik Freddy Budiman di Ruko CBD Mutiara, Taman Palem, Cengkareng, Jakarta Barat, Selasa, 14 April 2015.
Dalam ruko tersebut ditemukan banyak sekali barang bukti narkoba yang dalam proses pembuatan hingga sudah menjadi kemasan dan siap kirim. Barang bukti yang disita di antaranya 50.000 butir ekstasi yang diduga dari Belanda, 800 gram shabu diduga dari Pakistan, 122 lembar narkotika berbentuk perangko (CC4) diduga dari Belgia, 20 buah telepon genggam, 1 buah mesin cetak ekstasi, 1 tabung reaksi, 25 kilogram bahan baku ekstasi.
Selain itu, polisi juga menemukan 1 kilogram bahan pewarna, 10 kilogram bahan pelarut, 1 buah timbangan digital, 1 buah timbangan manual, 1 buah alat pemanas, 1 buah alat pendingin, 1 gulungan alumunium foil.
