Kisah Suka Duka Polwan Berjilbab

Polwan
Sumber :
  • Humas Polri
VIVA.co.id
- Satu bulan sudah Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mengesahkan aturan pemakaian jilbab bagi anggota polisi wanita. Aturan yang dikeluarkan melalui peraturan Kapolri (Perkap) itu tentu disambut suka cita bagi para polwan yang selama ini terbiasa mengenakan jilbab.


Namun, seiring waktu berjalan, banyak cerita yang mengalir bersamaan dengan semakin banyak polisi wanita yang mengenakan jilbab dalam melaksanakan tugas kesehariannya di lingkungan kepolisian.


"
Alhamdulillah, Alla
h akhirnya menjawab doa kami. Kami sangat senang mendengar kabar pengesahan aturan jilbab itu," kata Komisaris Polisi Sri Bhayangkari, Kepala Kepolisian Sektor Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis 23 April 2015.
Ajakan Rujuknya Ditolak, Pria Bakar Mobil dan Rumah Mantan Istri


Top Trending: Sosok Jenderal Bintang 1 Termuda TNI, Kowad Cantik Pernah Tugas di Lebanon
Sri menuturkan, pengesahan penggunaan jilbab di kalangan polwan telah menciptakan suasanan baru di lingkungan kepolisian.

Update Korban Tewas Banjir dan Longsor di Luwu jadi 13 Orang, Berikut Daftar Namanya

Kini, selain tetap dapat melaksanakan tugas sebagai pelayanan masyarakat, para polwan juga tetap dapat menjaga auratnya sesuai ajaran agama Islam.

"Kita sudah melakukan ibadah dunia dengan menjaga lingkungan dan keamanan, lalu kita juga melakukan ibadah untuk akhirat dengan bekerja sambil menggunakan jilbab," ujar Sri yang juga mantan humas Polres Jakarta Timur.


Sri menceritakan, banyak cerita baru yang terukir selama aturan pemakaian jilbab disahkan Kapolri.


Salah satunya bagaimana seorang polwan kini tak lagi dijauhi masyarakat karena berpakaian ketat dan minim. Polwan berjilbab lebih mudah berbaur dengan lingkungan terutama di acara-acara keagamaan.


"
Alhamdulillah
, masyarakat sangat senang melihat polisi berhijab, responnya pun positif," ujar Sri.


Namun, menurut Sri, para polwan harus benar-benar memperhatikan cara berjilbab, jangan sampai pakaian yang dikenakan saat berjilbab menunjukkan bentuk tubuh sehingga justru mengundang pandangan negatif masyarakat.


"Kan harus sesuai aturan, apalagi kita memakai jilbab. Seragam tidak boleh terlalu ketat," katanya.


Sebagai seorang Kapolsek, Sri merasa tak ada hambatan apapun saat melaksanakan tugas.


Tapi hambatan justru muncul di kalangan polwan berjilbab yag bertugas di unit reserse. Karena, mereka kadang kala dituntut untuk melakukan penyelidikan ke tempat yang mengharuskannya melepas jilbab seperti di diskotik dan tempat prostitusi.


"Mau tidak mau, kita memberikan tugas tersebut kepada anggota lainnya yang tidak memakai jilbab," kata Sri.


Selain itu, kata Sri, polwan berjilbab masih tetap melaksanakan tugasnya memburu penjahat meski harus berlari dalam setiap operasi penangkapan.


"Jilbab yang dikenakan harus praktis dan tidak menyulitkan anggota sehingga tetap bisa berjalan bahkan berlari tanpa hambatan," lanjut Sri. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya