Dari Petani Jadi Bos Penipuan SMS 'Mama Minta Pulsa'

Polisi tangkap penipu SMS mama minta pulsa
Sumber :
  • VIVA.co.id/Bayu Yanuar Nugraha

VIVA.co.id - Kisah hidup Effendi Alias Lekkeng alias Kenz (36), bos penipu SMS 'Mama Minta Pulsa' sungguh sangat drastis jauh berbeda. Efendi yang merupakan sekolah hanya sampai kelas 1 Madrasah Tsanawiyah awalnya hanyalah seorang petani. Kini dia menjadi seorang bos penipu SMS dan mengelola usaha penipuannya layaknya sebuah perusahaan.

Dalam dua tahun menekuni menjadi seorang penipu, dia sudah mempunyai lima anak buah. Bahkan dirinya bisa hidup mewah di kampung halamannya dari hasil menipu.

Kepada wartawan, dirinya mengaku mendapatkan penghasilan Rp3-7 juta perhari. Dari pendapatannya itulah dirinya mempunyai rumah mewah di kampung, dua mobil dan empat sepeda motor.

Pria asal Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan ini bertubuh tinggi dan kurus. Dia sudah dua kali menikah dan mempunyai anak dari istri keduanya. Istri pertamanya cerai lantaran tak suka Effendi mulai mengelola usaha penipuan.

Effendi mengaku, Dia mulai belajar menipu dari orang-orang di Desanya sejak 5 tahun lalu di Kabupaten Wajo, hanya sebagai sampingan saat Ia sedang tak bertani.

"Banyak disana yang mengelola usaha penipuan seperti ini," kata Effendi kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya. Jumat 6 November 2015. Tapi kemudian baru dua tahun belakangan Effendi mengelola usahanya sendiri dan merekrut anak-anak buahnya.

Ada perbedaan antara penipuan yang dilakukan sindikat Sulawesi dengan sindikat Palembang. Penipu sindikat Sulawesi jarang memakai modus mengelabui korbannya dengan cara menelepon dan menyebut anak atau kerabat korban sakit dan butuh dana cepat, ataupun menyebut anak korban tertangkap polisi dan minta uang penebus.

Sindikat Sulawesi, ujar Effendi, lebih banyak beroperasi dengan modus penipuan via SMS dengan meminta pulsa dengan berlagak sebagai 'mama', atau pun mengirim SMS dan meminta seolah-olah agar penerima SMS mentransfer uang ke sebuah rekening.

Waspada, Modus Penipuan Minta Damai Kecelakaan

"Kalau yang menelepon dan mengaku-ngaku anak korban sakit atau tertangkap polisi lalu minta uang, itu khas kelompok Palembang, saya tidak berani karena mudah terlacak," ujar Effendi.

Modus penipuan yang ia gunakan pun saat ini telah berubah dan berkembang. Dirinya mengaku dulu pernah lakukan penipuan dengan modus mama minta pulsa.

"Tapi sekarang tak lagi, sudah kuno modus itu, apalagi orang sudah banyak tahu dan tidak mudah lagi tertipu," ujar Effendi yang menyukai juga sabung ayam.

Untuk menjadi bos penipu, Efendi menjelaskan, dirinya mengeluarkan modal sekitar Rp30 juta. Dana itu untuk membeli modem, laptop, handphone, sim card dan rumah untuk anak buahnya tinggal.

"Uang itu dikumpulin pelan-pelan mas, dari saya awal sendiri hingga saya punya modal buat rekrut orang," jelasnya.

Anak buahnya, lanjut Efendi, tak jauh adalah teman-temannya sesama kampung halaman. Bahkan ada satu sodaranya yang ikut dalam jaringannya.

Modus Penipuan

Efendi pun menuturkan, dirinya saat mengincar korban tidak dengan memilih, akan tetapi dengan cara random atau cara acak.

"Saya mengirim SMS dengan nomor korban yang acak. Dan SMS itu berisi meminta si penerima mentransfer uang ke sebuah rekening. Jadi mau masuk atau tidak itu tidak masalah, ada aplikasi lewat laptop atau komputer," tuturnya.

Setiap harinya, kelompok Effendi mengirim sebanyak 6.000 pesan singkat lalu ada saja orang yang tertipu. Setiap hari Ia bisa mendapat Rp3-7 Juta. Dalam sebulan Ia bisa menghasilkan uang Rp210 Juta.

"Ada satu orang kena tipu Rp1 juta, ada juga yang Rp7 juta," ucapnya.

Effendi menceritakan, sejak membuka usahanya sendiri, Ia tak mau menaruh 'kantor'nya di kampung halamannya. Dia ingin tak satupun tetangganya tahu apa yang Ia lakukan, sehingga saat pulang Ia bisa mengaku sebagai pengusaha biasa.

Effendi kemudian memilih sebuah kontrakan di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Dia punya 5 anak buah, seluruhnya Ia latih sendiri. Sampai saat Ia tertangkap, Effendi mengaku sudah beberapa kali berganti anak buah.

"Saya pilih Bandung karena udaranya dingin dan sinyal selalu penuh disana," kata Effendi.

Dalam pembagian hasil menipunya, Effendi memakai sistem pembagian hasil dengan anak buahnya. Anak buah yang bertugas melobi korban sampai mentransfer akan mendapat bagi hasil sebesar 25 persen dari uang yang ditransfer korban.

Kemudian anak buah yang mengambil uang di ATM akan mendapat bagi hasil sebesar 7 persen. Dan sisanya untuk Effendi.

Effendi sendiri bertugas mencari rekening penampung. Dia mengaku membeli rekening penampung itu dari seseorang.

"Saya beli rekening dari temen di Jakarta Selatan. Rekening penampung itu saya buang setelah dua atau tiga kali terpakai," ungkapnya. Fungsi rekening penampung itu hanya tempat untuk para korban mentransfer uang.

Setelah itu uang ditarik, lalu dananya dimasukkan ke rekening Effendi dengan cara menyetor di bank ataupun ATM.

Saat ditanya apakah keluarga mengetahui 'bisnisnya', Efendi mengaku keluarga mengetahuinya. Bahkan keluarga sudah memberitahu agar berhenti. Namun, Efendi tetap menjalankan 'bisnisnya' lantaran dari 'bisnis' inilah dirinya mendapatkan materi yang berlimpah.

"Keluarga tahu, sudah bilangin berhenti, tapi saya tetap jalanin karena cari uang banyak dari sini saja," tuturnya tertunduk lesu.

Sebelumnya, Subdit Jatanras Polda Metro Jaya menangkap delapan orang komplotannya yang beroperasi di Cianjur, dan sejumlah orang di Bandung, Jawa Barat. Namun Effendi membantahnya delapan tersangka yang ditangkap di Cianjur beberapa waktu lalu merupakan jaringannya.

"Itu bukan saya bosnya. Saya yang di Bandung, anak buah lima, Tapi saya kenal sama bosnya yang di Cianjur, sama-sama dari Sulawesi juga," ucap Effendi yang dahulu bekerja sebagai seorang petani di kampung halamannya.

Dalam aksinya, para pelaku menyebarkan SMS yang isinya seolah-olah si penerima SMS mendapatkan undian berhadiah dari salah satu bank. Korban yang tergiur dan terpancing untuk menghubungi nomor telepon yang dicantumkan pada SMS tersebut akan dipandu ke ATM yang ujungnya malah mentransfer uang ke rekening tersangka. (ren)

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Krishna Murti.

Polisi Ungkap Penipuan Catut Nama Pejabat Negara

Pelaku mengaku sebagai pejabat yang menawarkan jabatan ke korban.

img_title
VIVA.co.id
8 Maret 2016