- VIVA.co.id/Ahmad Rizaluddin
VIVA.co.id - Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, mengaku aparatnya kesulitan melakukan fogging (pengasapan) untuk mencegah timbulnya wabah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di kompleks-kompleks perumahan mewah.
Satuan pengamanan (satpam) kompleks, kata Ahok sapaan Basuki kerap mencegah petugas dari kelurahan mengasapi rumah-rumah mewah warga di kompleks yang dijaganya.
"Di kompleks perumahan mewah enggak ada orang (petugas yang mengasapi). Orang kita mau masuk, dia (satpam perumahan) enggak kasih masuk," ujar Ahok, di Balai Kota DKI, Kamis, 28 Januari 2016.
Padahal, kompleks perumahan mewah adalah wilayah yang lebih rentan terkena wabah DBD. Nyamuk Aedes Aegypti yang menjadi sumber wabah lebih mudah berkembang biak di tampungan dan genangan air bersih di kompleks-kompleks perumahan daripada air kotor yang ada di permukiman kumuh.
"Anak saya juga pernah kena (DBD)," ujar Ahok.
Ahok mengatakan, langkah yang diambil DKI adalah meningkatkan pemetaan rumah yang tampungan airnya menjadi sarang jentik nyamuk. Pemerintah Provinsi DKI, melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI tahun 2016, memberikan honor dengan jumlah yang cukup besar kepada para petugas juru pemantau jentik (jumantik).
Para jumantik tidak lagi menerima honor bulanan. Mereka mendapat honor berdasarkan jumlah rumah yang mereka periksa. Dengan begitu, para jumantik ditargetkan terdorong mencari sebanyak mungkin rumah yang berpotensi menjadi sumber penyebaran DBD.
Kegiatan pengasapan, kemudian bisa dilakukan dengan sasaran yang lebih akurat. "Tiap kali dia (petugas jumantik) dapat data, kita bayar dia Rp10.000 misalnya. Dengan begitu data-data yang akan kita dapatkan juga bisa menjadi lebih jelas," ujar Ahok.
Baca juga:
(ren)
Ini Lokasi Posko Makanan, Minuman dan Medis untuk Pendemo
Ada empat posko yang disiapkan.
