Menyusuri Penjualan Obat Penenang di Bongkaran Tanah Abang

Situasi di sekitar kawasan Tanah Abang
Sumber :
  • VIVA.co.id / Foe Peace Simbolon

VIVA.co.id – Kawasan prostitusi Bongkaran di Tanah Abang, tepatnya di sepanjang Jalan KS Tubun, Jakarta Pusat, menjelma jadi pasar malam bagi para pria dan wanita yang kerap mencari kepuasan birahi.

Muncikari di Bantul Andalkan 'Promosi' dari Mulut ke Mulut

Pantauan VIVA.co.id, sepanjang jalan itu bertebaran penjual yang menjajakan barang dagangannya seperti pakaian, barang-barang elektronik, obat penambah 'gairah' serta minuman beralkohol lengkap dengan wanita pekerja seksual komersial (PSK).

VIVA.co.id pun mulai menyusuri perdagangan obat penenang yang sedang marak dibicarakan oleh masyarakat yakni Riklona Clonazepam. Nama obat itu coba ditanyakan kepada para penjual obat kuat di sepanjang jalan itu.

Artis K-Pop Terduga Kasus Prostitusi Absen dari Persidangan

Dengan wajah ketakutan, salah satu penjual mengatakan bila obat penenang itu tidak ia jual. Berkali-kali ditanyakan, namun si penjual tetap mengatakan hal serupa.

Tak berhenti sampai di situ, VIVA.co.id pun menyambangi gerobak obat penjual obat berikutnya. Namun, harus menerima jawaban yang sama dari pedangang ini.

Muncikari Bertato Doraemon Dibekuk di Apartemen Kalibata

"Enggak jual yang itu (Ricklona Klonazepam). Enggak ada yang beli juga itu. Karena mahal," kata penjual kepada VIVA.co.id.

Mendengar kata mahal, spontan ditanyakan harga Riklona Clonazepam. "Ya mahal, Rp300 ribu satu stripnya. Jadi enggak berani jual kalau mahal," kata dia.

"Biasanya si anak-anak sini (pengamen dan preman) belinya Tramadol. Harganya cuma Rp20 ribu," kata si bapak penjual.

Setelah mencari ke mana-mana, ternyata obat penenang itu dijual di toko kecil yang dipenuhi berbagai macam merek obat dan kosmetik wanita lainnya. Di antara kosmetik, toko yang malam itu dijaga dua pria dewasa itu menjual berbagai macam obat-obat ilegal secara bebas.

"Mau berapa banyak Riklona Clonazepam?" tanya si penjual.

Untuk mendapatkan si kecil berbungkus hijau itu, harus menebusnya seharga Rp45 ribu, namun  jika beli satu stripnya dibanderol dengan harga Rp300 ribu.

Namun, sang penjual terlihat ketakutan. Sebab, saat memberikan obat tersebut, penjual coba memastikan jika pembeli bukan dari anggota polisi.

"Saya takut, Mbak. Dari situ (Polda dan Polres) takut dimata-matain gitu," ucap si penjual tersebut.

Dari pengakuan penjual, obat Riklona Clonazepam ini cuma bisa dibeli oleh orang khusus, minimal berusia 25 tahun ke atas.

"Kalau yang masih kecil memang kita tidak jual. Kita enggak akan kasih kalau ada yang beli di atas dua pil," kata si penjual lagi.

Saat lagi asyik mengulas tentang jual beli obat ilegal itu, datanglah pria remaja berparas tampan dan putih pucat dan terlihat gemetar.  "Satu biasa," kata remaja itu kepada si penjual.

Tak banyak tanya, si penjual pun langsung memberikan obat yang diminta anak laki-laki itu dengan menggumpalkan tangannya. Perdagangan obat itu tampaknya sudah mempunyai pelanggan tertentu.

Penjual pun juga terlihat memilah-milah untuk menawarkan barang dagangannya kepada calon pembeli, agar bisnisnya tidak diratakan oleh petugas Satpol PP dan polisi. (one)


Baca juga:

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya