RS Dr Sander Beri Vaksin Ulang ke Balita Secara Cuma-cuma

Seorang tenaga medis menunjukkan vaksin campak
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rosa Panggabean

VIVA.co.id – Rumah sakit dr. Sander B Cikarang, Bekasi, Jawa Barat menjadi salah satu rumah sakit yang diungkap Kementerian Kesehatan, yang menggunakan vaksin bayi palsu untuk imunisasi anak.

Mari Selamatkan Anak Kita dengan Vaksinasi Ulang

Direktur RS dr. Sander B Cikarang, dr. Deasy Saraswaty, berjanji akan memberikan vaksin ulang pada semua pasien yang telah menjalani imuniasi di rumah sakit tersebut.

Menurutnya, vaksin ulang merupakan bentuk solusi yang tepat. “Kami minta maaf kepada masyarakat. Meski kami juga menjadi korban, namun masyarakat adalah pihak paling dirugikan. Itulah sebabnya, kami memberikan solusi melalui vaksinasi  ulang secara cuma-cuma,” kata Deasydi Jakarta, Sabtu, 16 Juli 2016.

Komisi XI: Kinerja Satgas Penanganan Vaksin Palsu Sudah Baik

Berdasarkan data yang dihimpun rumah sakit, kata Deasy, jumlah balita yang akan menerima vaksin ulang sebanyak 63 anak. Jumlah tersebut merupakan data imunisasi anak yang terjadi sepanjang April 2015 hingga April 2016.

Rumah sakit, kata Deasy juga berjanji akan proaktif dengan menghubungi semua nomor kontak orangtua anak, dan memastikan jika mereka divaksin ulang.

Nama Pemakai Vaksin Palsu Diungkap Bukan untuk Menghakimi

"Saat ini pemanggilan sudah dimulai, dan bahkan sudah ada yang menerima vaksinasi ulang. Jumlah penerima vaksin bermasalah di tempat kami relatif sedikit. Karena dari 12 jenis vaksin di rumah sakit kami, memang hanya dua yang bermasalah yaitu Pediacel dan Tuberculin,” kata Deasy.

Kronologi pembelian vaksin

Dari pengakuan Deasy, rumah sakit membeli vaksin tersebut dari  CV Azka Medical karena sangat sulit ditemukan pada Februari-Maret 2015. Pada saat itu, hampir semua vendor tidak memiliki ketersediaan vaksin.

"Padahal di sisi lain permintaan tetap tinggi, karena selalu terdapat anak yang harus divaksin," ucap dia.

Dia mengaku tak curiga dengan CV Azka Medical, namun Deasy hanya heran karena dengan hilangnya vaksin tersebut, tetapi malah muncul CV yang menawarkan vaksin yang serupa.

"CV Azka Medical bertindak selayaknya distributor resmi, seperti adanya purchase order (PO). Dan karena itu pula, RS dr. Sander B Cikarang pun melakukan prosedur dan proses pembelian sesuai standard operational procedure (SOP) yang berlaku," kata dia.

Bukan hanya dari sisi prosedur. Dari harga pun, pembelian dilakukan dengan harga wajar. Bahkan, beberapa harga dari CV Azka Medical justru lebih mahal. Contohnya, vaksin jenis Rotarix, Azka Medical menjual dengan harga Rp320 ribu/boks.

Padahal, harga dari distributor sebelumnya, yakni PT Anugerah Argon Medica, hanya Rp205 ribu/boks.

“Tak heran bukan hanya RS dr. Sander B Cikarang yang notabene rumah sakit kecil, rumah sakit besar pun banyak yang kecolongan,” ucap dia.

Namun, sekitar April-Mei 2016, jauh sebelum kasus ini terkuak di media massa, RS dr. Sander B Cikarang mulai mencium keanehan. Di antaranya, volume vaksin ternyata hanya 0,40 – 0,45 cc. Padahal, biasanya volume vaksin harus 0,50 cc, sebagai antisipasi adanya vaksin yang tersisa ketika dokter membuang udara dalam jarum suntik.

Ketika itulah RS dr. Sander B Cikarang melakukan komplain kepada CV Azka Medical. Menanggapi hal itu, CV Azka Medical pun mengeluarkan surat jaminan 100 persen keaslian melalui surat benomor 019/AM/06-16 tanggal 01 Juni 2016.

Begitu pun, manajemen RS dr. Sander B Cikarang tetap mempertimbangkan risiko yang ada dan menghentikan pembelian saat itu juga. Sedangkan terhadap vaksin yang sudah terlanjur dibeli, dilakukan retur atau pengembalian pada 2 Juni 2016.

“Jadi, jauh sebelum peristiwa tersebut meledak, kami sudah melakukan langkah-langkah pengamanan,” kata Deasy.

Retur sendiri dilakukan terhadap vaksin pembelian akhir. Sedangkan pembelian lama, misal pembelian Juni 2015 yang belum digunakan, pihak rumah sakit melakukan penghancuran pada 22 Juni 2016, karena memang tidak bisa dilakukan retur.

“Terkait penghancuran tersebut, kami juga menyampaikan surat pemberitahuan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi,” ujar Deasy.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya