Mengintip Megahnya Terminal Pulogebang

Suasana Terminal Pulo Gebang
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id – Terminal Pulogebang yang sudah resmi beroperasi hari ini, Rabu, 28 Desember 2016, siap mengangkut penumpang antarkota maupun antarprovinsi atau AKAP. Peresmian yang dihadiri oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Sumarsono, memperlihatkan kelebihan dan kemewahan terminal yang diklaim sebagai paling modern di antara terminal di Indonesia.

Larangan Mudik, Dishub Kota Tangerang Cek Penumpang di Terminal Poris

Terminal dengan luas 12,6 hektare (ha) ini, terdiri dari sejumlah fasilitas yang bisa menunjang sistem transportasi terpadu dan bisa memanjakan para penumpang untuk menikmati waktu sejenak di terminal. Terminal yang diklaim sebagai yang terbesar di Asia Tenggara itu terdiri dari empat bangunan terpisah, yang difungskan untuk memisahkan sirkulasi penumpang dengan kendaraan umum ditambah fasilias pendukung.  

Dari bangunan gedung seluas 5,6 ha, terdapat terminal bus antarkota antarprovinsi (AKAP) serta area komersil yang didalamnya meliputi pusat perbelanjaan, kios dan para penjual makanan serta mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Tidak hanya itu, fasilitas seperti pengisin ulang baterai ponsel, masjid, perpustakaan, pendingin udara (AC), toilet, eskalator dan juga lift menunjukkan terminal ini layaknya terminal bertaraf internasional.

Pengetatan Mudik, Penumpang Bus di Lebak Bulus Wajib Tes Antigen

"Terminal ini dibangun dengan arsitektur mengacu pada konsep modern dan multilevel," kata Sumarsono di Terminal Pulo Gebang, Jakarta Timur, Rabu 28 Desember 2016.

Untuk diketahui, dari empat bangunan utama, Gedung A seluas 1.000 meter persegi diperuntukan bagi para awak bus sebagi tempat istirahat. Kemudian Gedung B seluas 2.000 meter persegi merupakan ruang tunggu penumpang dan area keberangkatan bus AKAP terdiri dari delapan pintu dengan jumlah 20 perusahaan otobus.

Pemudik jadi Sasaran Swab Antigen di Terminal Kampung Jokowi

Untuk sementara, terminal ini hanya melayani trayek dengan jurusan Jawa Timur, Jawa tengah dan Yogyakarta. Sedangkan Gedung C, seluas 2.900 meter persegi, dipergunakan untuk kedatangan dan kantor pengelola terminal. Gedung D, seluas 500 meter persegi untuk keberangkatan dan kedatangan bus Transjakarta.

Biaya pembangunan terminal ini mencapai Rp450 miliar, yang dibiayai dari APBD DKI Jakarta dengan skema pembiayaan tahun jamak (multiyears) sejak diajukan pada tahun 2009. Sayangnya, terminal yang dirancang ke depannya menggunakan konsep tiket elektronik ini pun hingga diresmikan belum bisa dipergunakan, meskipun sejumlah mesin alat pemindai tiket elektronik sudah tersedia.

Ada sejumlah kekurangan yang masih dirasakan oleh penumpang dan sejumlah pekerja pada perusahaan otobus (PO). Salah satunya, Edy Sutanto.

Pria berusia 43 tahun ini mengeluhkan minimnya informasi bagi penumpang untuk pembelian tiket. Edy mengaku, membeli tiket di Terminal Pulogebang tergolong lebih mahal dibandingkan ketika dirinya membeli di terminal lain dengan tujuan yang sama.

"Harga tiket Rp235 ribu ke Solo. Biasanya Rp180 ribu saya di (terminal) Rawamangun. Tadi saya beli di pinggir sini, katanya mau ada tamu terpaksa saya beli," katanya.

Hal senada dikeluhkan oleh Eti Handoyo (40). Sebagai pekerja di PO, ia menganggap, terminal ini sulit diakses lantaran belum lengkapnya trayek angkutan dari sejumlah wilayah. Berangkat dari rumahnya di Bekasi, Eti harus berganti angkutan beberapa kali, bahkan terkadang menggunakan taksi untuk sampai ke tempat kerjanya.

"Terminal cukup bagus sekali. Luar biasa. Cuma satu, angkutan umum sulit diakses," ujarnya.

Terminal Pulogebang, Jakarta Timur

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya