Kecam Trump, Puluhan Orang Demo di Kedubes AS

Aksi demo menentang Donald Trump di depan Kedubes AS.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Pius Yosep Mali.

VIVA.co.id - Sejumlah orang menggelar aksi demonstrasi di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, Sabtu, 4 Februari 2017. Mereka mengecam kebijakan yang dibuat oleh Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump.

"Tujuan demo hari ini adalah mengecam terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat yang baru," kata koordinator aksi, Veronica Komandan, di lokasi.

Veronica mengakui, mereka sebenarnya menghormati proses demokratik di AS yang kemudian menghasilkan Trump sebagai pemenang. Namun, mereka mengecam kebijakan-kebijakan yang dimunculkan Trump.

"Kami menangkap kebijakan Trump mengandung sentimen-sentimen," kata Veronica.

Veronica menambahkan, aksi tersebut didukung oleh berbagai kelompok yang tidak sepakat dengan kebijakan Trump. Dari kelompok anti fasis, kelompok mahasiswa dari Islam progresif, dari Aliansi Mahasiswa Papua, dan kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT).

"Kami dari kelompok elemen yang peduli solidaritas internasional," ujarnya.

Berikut kebijakan Donald Trump yang mereka anggap berbahaya:

1. Rencana pembuatan tembok di perbatasan Meksiko demi membendung masuknya para imigran.

Menteri Luar Negeri AS Era Trump Dinyatakan Melanggar Aturan Etika

2. Muslim Banned: pemblokiran pada warga dari negara muslim tertentu yang Amerika pernah merusak di sana dan yang tak terkait bisnis Trump.

3. Kejahatan meneruskan proyek pipa di Dakota atas masyarakat adat asli di sana.

Biden dan PM Jepang Rancang Persatuan Hadapi China

4. Kebijakan yang anti terhadap hak perempuan atas tubuh dan seksualitasnya dalam bentuk mempersulit perempuan mengakses aborsi ilegal.

5. Semakin merajalela ke depan korporatokrasi.

Pangeran Philip Meninggal Dunia, Trump: Kerugian untuk Inggris Raya

6. Meningkatkan sentimen missions dan anti LGBT.

7. Menolak dan memutarbalikkan isu pemanasan global dan menarik diri dari Paris Cluster Change Deal.

8. Sebagai presiden negara adidaya menjadi simbol yang diikuti pengikutnya untuk Islamophobic dan Xenophobic ala fasisme kekinian.

Laporan: Pius Yosep Mali

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya