Aktivis Muhammadiyah Sindir Dalang Teror ke Pemuka Agama

Petugas kepolisian melakukan olah TKP penyerangan Gereja Katolik di Sleman DIY
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

VIVA – Aktivis Muhammadiyah Mustofa Nahrawardaya menyindir pernyataan Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang menganggap aksi teror di Gereja Santa Lidwina, Sleman, Yogyakarta, sebagai kejadian biasa. Ia menilai pernyataan Kapolri dipertanyakan karena tim Detasemen Khusus sampai dikerahkan.

Remaja Tikam 2 Pendeta Resmi Ditetapkan Sebagai Tersangka Terorisme

Dia menduga ada pihak yang mengatur skenario aksi teror ini termasuk serangan di Gereja St Lidwina, pada Minggu, 11 Februari 2018.

"Karena ini ada dalangnya, siapa dia? Yang jelas dalang memiliki tim, memiliki pasukan, ada sutradara, ada pendanaan, ada pelaku yang kelihatan di muka," kata Mustofa dalam acara Indonesia Lawyer Club tvOne, Selasa, 13 Februari 2018.

Kemarin Gamblang, Kini Rusia Secara Resmi Salahkan Ukraina atas Serangan Terorisme di Moskow

Menurutnya, apapun analisa terkait aksi teror ini, pihak kepolisian yang mungkin bisa menjawabnya. Ia pun menyinggung adanya operasi intelijen asing yang bisa menyamar.

"Di sini ada 60 ribu intelijen asing. Mereka bisa menjadi pegawai, wartawan, ya mereka bekerja untuk pihak asing," tuturnya.

Kremlin: Presiden Vladimir Putin Rasakan Kesedihan Mendalam Atas Aksi Terorisme di Moskow

Kemudian, ia juga meragukan pelaku teror ke ulama di Jawa Barat yang terindikasi mengalami gangguan jiwa. Seharusnya, pihak kepolisian lebih bisa proporsional dalam menetapkan status pelaku sebagai orang gila. Pentingnya hal ini agar tak memunculkan persepsi di publik.

"Orang gila ini kok bisa beroperasi ke mesjid. Ini saya tidak tahu ini dari mana? Ini harus dicek dulu, apa gila karena minum, obat-obatan, narkotika," tuturnya.

Terkait status pelaku teror, ia kembali mengkritik polisi. Ada perbedaan pengungkapan pelaku dalam aksi teror di Gereja Yogyakarta dan ulama di Jawa Barat. Contohnya seperti pelaku teror di Yogyakarta langsung diungkap secara detail.

"Kalau di Yogya detail diteliti sekali pelaku, keluarganya, dari pesantren mana. Tapi, yang di Jawa Barat katanya gila bagaimana? Kita harus teliti. Padahal ini penting, ada apa ini?" ujarnya. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya