Menag: Isu Besar Pendidikan Islam adalah Ekstremisme

Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Eka Permadi

VIVA – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menilai isu terbesar yang dihadapi pendidikan Islam adalah ekstremisme. Sebab perilaku tersebut dapat mengancam keberagaman dan nasionalisme.

Ribuan Konten Radikalisme, Ekstremisme dan Terorisme Disikat Habis

"Saat ini mulai muncul upaya secara ekstrem dalam memahami nilai Islam oleh satu kelompok tertentu yang ultra konservatif," kata Lukman di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, Rabu 14 Maret 2018.

Ia mengatakan kelompok tersebut hanya memahami dalil-dalil secara tekstual semata dengan mengabaikan konteks. Sehingga mereka cenderung tidak menerima penafsiran dan kondisi kontekstual.

Kabar Baik, Pendaftaran SPAN-PTKIN Diperpanjang Hingga 19 Februari 2024

"Sementara di kutub yang lain begitu liberal mendewakan nalar dan mengabaikan teks. Dua kutub ini dibenturkan sehingga terjadi konflik atas nama agama di negara ini. Untuk itulah semua pendidik agama Islam harus menjadi agen penjaga moderasi," kata Lukman.

Ia menambahkan perlu juga untuk membangun, menjaga, dan merawat kesadaran bahwa beragama adalah juga ber-Indonesia dan sebaliknya. Sehingga, sebagai Muslim harus memiliki keyakinan bahwa beragama adalah dalam rangka menjaga kebangsaan.

Uskup Agung Kritik Definisi Ekstremisme Baru di Inggris Menyasar Komunitas Muslim

"Waspadai paham keagamaan yang antikebangsaan. Misalnya yang menganggap menyanyi Indonesia Raya, hormat bendera, atau Pancasila haram," kata Lukman.

Sebaliknya, ia menambahkan sebagai Muslim juga harus menolak regulasi yang secara esensial melabrak agama.

"Seluruh program, kegiatan, aktivitas yang dikembangkan pendidikan Islam pusat dan daerah harus bisa dijamin program dalam rangka mewujudkan moderasi Islam. Moderat lawan ekstrem. Ekstrem berlebihan. Perlu moderasi," kata Lukman. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya