Logo BBC

Ke mana perginya 1.000 ton sampah di Surabaya

Seorang pedagang pakaian menggelar dagangannya di pembatas jalan Kota Surabaya, Oktober 2017 lalu. - AFP/Getty Images
Seorang pedagang pakaian menggelar dagangannya di pembatas jalan Kota Surabaya, Oktober 2017 lalu. - AFP/Getty Images
Sumber :
  • bbc

Bertolak dari rumahnya di kawasan Kendangsari, Kota Surabaya, pagi itu Sunarto membawa sekantong plastik besar berisi sampah anorganik ke sebuah bank sampah yang berjarak beberapa ratus meter.

Proses itu dia ulangi sore harinya dengan membawa sampah dari kantor tempatnya bekerja. Di bank sampah tersebut, limbah ditimbang, untuk kemudian dicatatkan di buku tabungan khusus. Berkat akumulasi sampah yang sudah disetorkannya, Sunarto bisa mendapat uang hingga Rp500.000.

"Jadi seperti kita menabung di bank. Jadi kita dikasih buku tabungan. Habis itu kita setor, ditulis berapa kilo, setelah itu ditotal berapa nilainya. Pengambilannya menjelang Lebaran. Anggota bank sampah lumayan banyak, sekitar 200 orang," kata Sunarto kepada wartawan di Surabaya, Ronny Fauzan.

Sunarto merupakan bagian dari gerakan bank sampah yang banyak tersebar di Kota Surabaya. Saat ini jumlah bank sampah di kota tersebut mencapai 296 unit ditambah 26 unit rumah kompos untuk pengolahan sampah organik.

Salah satu dari ratusan pengelola bank sampah adalah Tri Siswati. Perempuan yang mendirikan bank sampah di kawasan kendangsari, Surabaya ini, sudah hampir enam tahun berkecimpung di dunia bank sampah dan memiliki lebih dari 200 nasabah.

Perempuan yang juga akrab dipanggil Bu Sukri ini mengaku, mengadakan bank sampah di kampung bukan karena sokongan dari Pemkot Surabaya, namun lebih pada soal kesadaran lingkungan.

"Saya ini orang nekad. Saya nggak punya lahan tapi mengadakan bank sampah. Sampah yang kita koordinir bertumpuk, seketika itu juga pengepul dipanggil, supaya kampung tetep bersih," paparnya.