- VIVA/Fajar Sodiq
VIVA – Sejumlah siswa di lereng Gunung Merapi tidak mengikuti ujian kenaikan kelas. Mereka diperkirakan bersama orangtuanya sempat mengungsi setelah Gunung Merapi beberapa kali erupsi.
SD Negeri Tlogolele 2, salah satu sekolah di kawasan lereng Merapi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, melaksanakan ujian kenaikan kelas sejak kemarin. Namun, pada hari kedua, empat siswa dilaporkan absen dan belum diketahui kabarnya,
"Empat anak itu belum terkonfirmasi kenapa tidak ikut. Kemungkinan mereka itu semalam ikut mengungsi karena rumahnya di Stabelan," kata Kepala SD Negeri Tlogolele 2, Sri Sukarni, ketika ditemui di sekolahnya pada Selasa, 22 Mei 2018.
Letusan freatik Gunung Merapi petang kemarin, menurut Sukarni, memaksa warga Stabelan segera berbondong-bondong mengungsi ke tempat penampungan pengungsi sementara di Tlogolele. Sebagian besar yang ikut mengungsi adalah lansia, ibu-ibu, dan anak-anak. Begitu juga keempat siswa yang tak ikut ujian itu; mereka murid kelas satu, dua, dan tiga.
Meski pada Senin petang hingga Selasa dini hari terjadi dua kali letusan freatik di Merapi, ujian kenaikan kelas tetap berlangsung. Situasi tetap berjalan normal seperti biasa walau warga tetap waspada.
SD Negeri Tlogolele 2 adalah sekolah yang letaknya paling dekat dengan puncak Merapi, bahkan wilayah yang masuk dalam kawasan rawan bencana III. Sebagian besar anak-anak yang tinggal di Stabelan dan kampung sekitar menuntut ilmu di sekolah itu.
Tumirah, seorang warga Dusun Stabelan, mengaku langsung meninggalkan rumah untuk mengungsi segera setelah letusan freatik Merapi kemarin. "Takut saja karena keluar abu dari puncak Merapi. Setelah itu langsung mengungsi karena saya gemeteran melihat itu," ujarnya.
Tidak hanya keluarganya, melainkan semua warga Stabelan ikut mengungsi di TPPS Tlogolele pada Senin malam. Namun, setelah aktivitas Merapi berangsur-angsur menurun, pada Selasa pagi, para pengungsi memutuskan kembali ke rumahnya masing-masing.