Gaya Gus Ipul dan Khofifah Debat Pakai Bahasa Jawa

Debat Pilkada Jawa Timur, di Surabaya, Sabtu malam, 23 Juni2018.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Nur Faishal (Surabaya)

VIVA – Debat Pemilihan Kepala Daerah Jawa Timur memakai bahasa Jawa pada segmen keenam. Ketimbang menyoroti materi, penonton di lokasi acara justru lebih fokus memperhatikan dan merespons  gaya dua calon menyampaikan argumentasinya dengan memakai bahasa Jawa.

Gerindra Hanya Rekom Khofifah sebagai Cagub Jatim, Emil Tak Pasti jadi Cawagub

Kesempatan pertama berbicara diberikan kepada pasangan calon nomor urut dua, Saifullah Yusuf-Puti Guntur. Juga dengan berbahasa Jawa, moderator Brigita Manohara mengajukan pertanyaan terkait upaya penanganan bencana oleh pemerintah bersama swasta.

"Sakmenit telung puluh detik gae Gus Ipul lan Mbak Puti, monggo," kata Brigita, di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu malam, 23 Juni 2018. 

Khofifah: Kita Doakan Oktober Mendatang Presiden ke-8 Prabowo Dilantik

Sebelum menjawab pertanyaan itu, Gus Ipul mula-mula meminta maaf kepada hadirin jika penyampaiannya dengan bahasa Jawa bercampur Indonesia. Kromo inggil coba dilontarkannya. "Poro Bapak-Ibu, sedoyo katah ingkang kaulo mulya'aken (Bapak-Ibu yang saya mulyakan)," katanya. 

Ketika baru saja membuka penjelasan soal banyaknya pihak swasta yang peduli dan bekerja sama dengan pemerintah dalam hal penanganan bencana, celetukan dari hadirin merespons gaya Gus Ipul yang terbata-bata berbahasa Jawa bermunculan. Banyak pula yang menahan tawa. 

Bela Gus Ipul, Panglima Santri NU Sindir Cak Imin: Selesai Hajatan, Lapor PBNU Minta Petunjuk

Gus Ipul bergeming dan melanjutkan penjelasannya. "Kulo bersyukur Jawa Timur ini gadah, katah, pihak-pihak swasta ingkang kerso damel..pelayanan..bencana, bekerja sama kaleh pemerintah Jawa Timur," ujar salah satu Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu.

Kesempatan kedua diberikan kepada calon Gubernur Jawa Timur nomor urut satu, Khofifah Indar Parawansa. Ia ditanya tentang kebiasaan tidak padunya data antar lembaga pemerintah yang berpengaruh pada sistem pendataan elektronik.

"Kepiye carane sampean ngatasi masalah iku kangge dukung laksanakno pamarentahan sing apik?" ujar moderator. 

Khofifah juga memilih kromo inggil dalam menjawab pertanyaan itu, bukan bahasa Jawa sehari-hari. Mulanya ia juga tampak ragu-ragu, sedikit menahan tawa. "Maturnuwun meniko pertanyaan ingkang sangat penting... Dinten meniko sesungguhnya, mmm...," sampai di situ Khofifah seperti mengambil jeda sejenak. Sorak penonton pecah. 

Tapi selanjutnya Khofifah tampak lancar menjelaskan pemikirannya tentang mensinergikan pusat data antarlembaga, lebih-lebih di era digital seperti sekarang. Khofifah menjelaskan, saat ini banyak negara sudah menerapkan sistem pendataan terintegrasi dengan memanfaatkan teknologi informasi, termasuk Indonesia. Ia mencontohkan itu saat bertugas di Kementerian Sosial.

Beruntung bagi Emil Dardak dan Puti Guntur, waktu satu menit tiga puluh detik berbicara dilahap habis oleh Gus Ipul maupun Khofifah. Tidak ada waktu bagi Emil maupun Puti untuk menguatkan pandangan pasangan masing-masing dengan berbahasa Jawa. Padahal, sejumlah kalangan bertanya-tanya, bisakah Emil dan Puti berbahasa Jawa.

Kesan yang muncul pada sesi berbahasa Jawa itu lebih menonjol pada gaya penyampaian calon daripada substansi yang disampaikan. Direktur Surabaya Survey Center, Mochtar W Oetomo, mengatakan, sesi berbahasa Jawa itu pengaruhnya tidak begitu besar terhadap persepsi publik. "Saya kira Pilkada bukan soal penguasaan materi, bukan soal bahasa," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya