Pemulung Tertimbun Gunungan Sampah di Malang Belum Ditemukan

Gunungan sampah di TPA Supit Urang di Kota Malang, Jawa Timur, lokasi seorang pemulung tertimbun dan hilang di sana pada Rabu, 11 Juli 2018.
Sumber :
  • VIVA/Lucky Aditya

VIVA – Seorang pemulung yang tertimbun gunungan sampah di TPA Supit Urang, Kota Malang, belum ditemukan. Korban yang dikenali bernama Agus Sujarno itu raib di antara longsoran sampah di sana sejak Rabu, 11 Juli 2018.

Nyamannya Naik Gunung Terbersih di Indonesia

Tim SAR dan Polisi bahkan sampai mengerahkan alat berat hingga anjing pelacak untuk mencari pria nahas asal Kabupaten Malang itu. Kendala utamanya memang gunungan sampah yang diperkirakan mencapai 500 ton sehingga aparat kesulitan menemukan titik yang tepat untuk pencarian.

TPA Supit Urang di Kecamatan Sukun itu memanfaatkan lahan seluas 32 hektare namun lokasi yang efektif dipakai untuk pembuangan akhir sampah sebenarnya hanyalah 16 hektare. Sementara TPA itu menampung sampah rata-rata 150 truk per hari dan diperkirakan sudah mencapai 500 ton.

Pemkot Tangsel Tiap Hari Berjibaku Atasi 1000 Ton Sampah, Benyamin: Persoalan yang Serius

"Ini rencananya pakai alat berat. Kita akan mencari jalan pintu masuknya. Jadi segala upaya akan kita lakukan. Kemungkinan tertimbun di sisi mana, akan terus kita cari," kata Pelaksana Tugas Wali Kota Malang, Sutiaji, saat meninjau TPA Supit Urang pada Kamis, 12 Juli 2018.

Berdasarkan informasi Dinas Lingkungan Hidup setempat, lahan gunungan sampah tempat korban tertimbun itu memang termasuk zona rawan. Pemerintah sebenarnya sudah memperingatkan kepada warga maupun pemulung agar tidak mendekat ke lokasi bukit sampah itu. Namun tetap saja banyak pemulung yang melanggar larangan di sana.

Petugas Kebersihan di Tangerang Angkut 3 Ribu Ton Sampah per Hari Selama Idul Fitri

"Karena sampah itu sampah yang nilai harga jualnya tinggi, maka walaupun sudah dilarang, (para pemulung) tetap ingin menjangkau," kata Sutiaji.

Sutiaji berjanji menata ulang TPA itu sehingga dikelola dengan baik dan profesional, juga mengutamakan keselamatan dan kenyamanan warga sekitar. "Ini terus menumpuk dan kita cari solusi yang terbaik. Ini juga pembelajaran bagi Pemkot dan bagi pemulung supaya (tidak) hanya karena sesuatu dia mengesampingkan keselamatannya," katanya.

Unit Pelaksana Teknis TPA Supit Urang membenarkan bahwa penampung akhir sampah itu memang rawan karena sudah kelebihan kapasitas sejak tiga tahun lalu. Lahan yang terbatas terus-menerus dipaksa menampung berton-ton sampah setiap hari.

"Gundukan sampah akhirnya menjadi tinggi menyerupai tebing. Dari 32 hektare, 16 hektare existing dan 16 hektare masih proses pembangunan," kata Turut Setiaji, Kepala UPT TPA Supit Urang, saat mendampingi Sutiaji.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya