Ormas Sumbar Polisikan Pengamat Teroris Al Chaidar

Pengamat terorisme Al Chaidar.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Zahrul Darmawan

VIVA – Pernyataan pengamat teroris Al Chaidar soal ribuan simpatisan teroris menetap di Sumatera Barat berbuntut panjang. Puluhan orang dari beberapa ormas Islam di Sumatera Barat mendatangi Mapolda Sumbar untuk melaporkan Al Chaidar.

Negara Ini Tuduh Iran sebagai Negara Teroris, Kok Bisa?

"Kedatangan kami ke polda sehubungan dengan adanya berita di media lokal tentang pernyataan Al Chaidar," kata Zaitul Ikhlas Sa’ad, salah satu tokoh yang ikut mendatangi Mapolda Sumbar, Jumat 17 Agustus 2018.

Mereka meminta pihak kepolisian agar mengusut secara hukum atas pernyataan Al Chaidar. Pernyataan yang menuai kontroversi beberapa hari belakangan itu disebut merupakan fitnah keji dan pembunuhan karakter masyarakat Minangkabau.

Mantan Teroris Poso Dukung Penuntasan Masalah Terorisme di Sulawesi Tengah

Menurut Ikhlas, pernyataan Al Chaidar tak hanya sebuah fitnah. Namun, juga dapat memengaruhi keamanan dan ketertiban masyarakat.

Pihak pelapor berharap agar pihak kepolisian dapat segera memproses hal ini secara hukum.

8 Terduga Teroris Jaringan JI Ditangkap, Polisi Ungkap Ada yang Berperan Jadi Bendahara

Sebelumnya, Al Chaidar menyebut bila sebanyak tiga ribuan simpatisan menetap di Sumatera Barat. Mereka tidak hanya warga asli Ranah Minang, namun juga ada yang berasal dari luar Sumbar.

Angka tiga ribuan yang berdomisili di Sumbar ini diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan Al Chaidar bersama tim pada 2014 hingga 2018. Penelitian ini di bawah naungan Pusat Kajian Antropologi, Lembaga Universitas Malikussaleh dari 2014 hingga 2018.

Baca: Al Chaidar: Ribuan Simpatisan Teroris Disinyalir Menetap di Sumbar

Untuk metode penelitian, kata Chaidir, menggunakan sistem Time-series data Acquisition atau pengumpulan data dengan rentang waktu. Beberapa data juga diambil dari informasi internet dan mengikuti jalannya persidangan serta pengungkapan kasus yang dilakukan aparat kepolisian.

"Dari tiga ribuan itu, sekitar seribuan adalah perempuan, sisanya laki-laki. Mereka yang ikut bergabung ini karena alasan teologis, ingin berjihad dalam versi yang mereka pahami," jelas Chaidar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya