Jurus BMKG Berantas Hoax di Tengah Bencana

Tim SAR dari TNI evakuasi korban gempa bumi di Palu, Sulawesi Tengah.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yusran Uccang

VIVA - Kepala Bagian Humas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Harry Tirto menjelaskan, dalam upaya memberantas hoax yang marak di tengah situasi bencana, pihaknya melakukan sinergi antarkementerian dan lembaga di bawah komando Kementerian Koordinasi Politik, Hukum, dan Keamanan atau Kemenko Polhukam.

Kebut Pembangunan Pasca Gempa-Tsunami di Sulteng, Lebih 5 Ribu Huntap Disiapkan

Sinergitas itu dilakukan untuk memantau perkembangan informasi di semua media seputar bencana yang tengah terjadi, termasuk soal memilah dan memberantas hoax yang beredar yang berpotensi membuat suasana makin tidak kondusif.

"Makanya, beberapa waktu belakangan ini, sejumlah pelaku penyebar hoax sudah tertangkap," kata Harry di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu 13 Oktober 2018.

Tolong! Masih Banyak Korban Gempa Palu di Penampungan Dihantui Corona

Saat ditanya apa imbauan dan tips BMKG, untuk masyarakat agar bisa memilah mana berita dan mana hoax, Harry justru menyarankan, agar masyarakat bisa membaca berita-berita hoax tersebut, dan menguji sendiri kadar-kadar kebohongan di dalamnya, alih-alih bersikap responsif dan langsung ikut menyebar info tersebut.

"Manakala ada info hoax, baca, itu (berita) biasanya munculnya tengah malam, tetapi tanggalnya berbeda. Tetapi, kalau di data info itu, gempa misalnya, satuannya pakai sentimeter, itu sudah pasti hoax. Karena, lempeng bumi bicaranya kilometer," kata Harry.

Melalui MUI, Taiwan Beri Bantuan Rp5 Miliar untuk Korban Gempa Palu

Karena itu, Harry pun mengajak masyarakat agar menambah pengetahuan dan pemahaman terkait soal kebencanaan, agar nantinya mereka bisa memilah sendiri mana yang merupakan berita dan mana yang hoax.

Harry pun memastikan, BMKG akan selalu berupaya menjadi pihak terdepan dalam menginformasikan soal potensi kebencanaan, sambil terus berupaya memberikan informasi tervalid dan pengetahuan bagi masyarakat.

"Bahwa sampai saat ini, belum ada teknologi yang bisa memprediksi gempa secara tepat dan akurat, baik itu lokasi kedalaman dan waktunya," kata Harry.

"Namun, berdasarkan sejarah, kita petakan kejadian gempa dan tsunami dari tahun 1800-an sampai sekarang, dan dari pemetaan itu kita sampaikan ke masyarakat bahwa di suatu daerah ada potensi bencana," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya