Indonesia-Inggris Siapkan Rp31 Miliar untuk Riset Kebencanaan

Menristek Dikti, Mohamad Nasir jumpa pers bersama Dubes Inggris Moazzam Malik
Sumber :
  • VIVA/Syaefullah

VIVA – Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) bersama Departemen Bisnis, Energi dan Strategi Industri Inggris melalui Newton Fund menyiapkan Rp31 miliar untuk mendanai tiga penelitian terbaik dalam bidang hidrometeorologi dalam jangka waktu tiga tahun 2019-2021.

Korban Tragedi Itaewon Dapat Kompensasi Santunan Hingga Keringanan Pajak

"Founding-nya dari pemerintah bekerja sama dengan Kerajaan Inggris, di mana dari Inggris melalui Newton Fund riset ini cukup besar sekitar 85 persen dari total biaya yang harus dikeluarkan untuk riset di bidang bencana ini," kata Menristekdikti, Mohamad Nasir di kantornya, Senayan Jakarta, Kamis, 7 Februari 2019.

Nasir menjelaskan alasan memilih untuk penelitian hidrometeorologi ini, mengingat di wilayah Indonesia banyak sekali terjadi bencana mulai dari banjir, asap, gempa bumi, tsunami, gunung meletus. "Dari proposal-proposal yang diajukan para peneliti ini difokuskan penelitian di bidang banjir," ujarnya.

Lebih dari 440 Orang Tewas Akibat Banjir Bandang di Afrika Selatan

Menurut Nasir, penelitian hidrometeorologi ini bertujuan untuk menghasilkan terobosan dalam kebencanaan terutama dalam memahami dampak-dampak bencana terkait dengan air maupun lahan.

"Hasil kolaborasi ini akan meningkatkan ketahanan dan kesiapan Indonesia dalam menangani perubahan iklim yang mematikan, termasuk melalui intervensi kebijakan maupun komunikasi potensi bencana yang efektif," tuturnya.

Ali Mochtar Ngabalin Kasih Sinyal Ada Kepala Badan Kena Reshuffle

Ia pun berharap dengan kerja sama dengan Inggris ini dapat memberikan manfaat untuk memperbaiki peneliti Indonesia ke depan. Tentunya, ini akan ditingkatkan terus agar lebih baik ke depannya.

"Kalau dampak penelitian ini baik, maka akan mengangkat ekonomi Indonesia makin baik di antaranya, bagaimana mengatasi bencana ini, kalau bencana bisa diatasi pertumbuhan ekonomi pasti akan berpengaruh lebih positif," katanya.

Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN dan Timor Leste, Moazzam Malik mengatakan, dengan kolaborasi dan komitmen pendanaan ini dapat memberikan kontribusi positif baik secara sosial maupun ekonomi.

"Bencana banjir dan longsor tidak hanya mengancam keberlangsungan hidup masyarakat, namun juga perkembangan ekonomi Indonesia. Ilmuwan terbaik Inggris dan Indonesia bekerja sama dan saling belajar agar bisa membuat suatu perubahan besar," tutur Moazzam Malik.

Tiga proyek penelitian hidrometeorologi yang mendapat pendanaan, di antaranya, 'Mitigating hydro meteorogical hazard impact through transboundary river management in The Ciliwung basin'. Riset ini bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan Sungai Ciliwung dan kepedulian masyarakat terhadap ancaman banjir.

Peneliti utama dari Indonesia yaitu Harkunti Rahayu dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan dari Inggris, Richard Haigh dari University of Huddersfield.

Kedua, 'Java Flood One'. Hasil riset ini akan meningkatkan prediksi banjir jangka menengah di beberapa pusat kota Pulau Jawa termasuk Jakarta, Bandung, dan Surakarta. Peneliti dari Indonesia Agus Mochamad Ramadhan dari ITB dan dari Inggris adalah Simon Mathias dari Durham University.

Kemudian, 'Extreme rainfall and its effct on flood in Indonesia'. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab utama banjir di Indonesia dan strategi-strategi utama yang dapat memitigasi risiko bencana.

Peneliti dari Indonesia yaitu Suroso, dari Universitas Jenderal Soedirman dan dari Inggris adalah Chris Kilsby dari Newcastle University. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya