Viral Laut Suramadu Terbelah Warna Hitam-Putih

Penampakan laut terbelah warna di bawah Jembatan Suramadu yang tersebar di media sosial.
Sumber :
  • IST

VIVA – Warga Jawa Timur dihebohkan dengan fenomena alam di bawah Jembatan Surabaya-Madura atau Suramadu yang seolah terbelah warna hitam dan putih. Heboh terjadi setelah video laut terbelah itu menyebar dan viral di media sosial sejak Selasa, 19 Maret 2019.

Detik-detik Pembunuh Kebingungan Buang Jasad Pria Terbungkus Sarung di Tangsel

Dalam video, terlihat dari atas Jembatan Suramadu permukaan laut seolah terpisah warna hitam dan putih pekat. Belahan warna memanjang jauh. Di lajur sepeda motor, beberapa pengendara motor terlihat berhenti dan mengabadikan fenomena alam itu dengan kamera telepon genggam.

Muncul suara dari balik video dengan bahasa Madura. “Suramadu, Suramadu, mek bisa dhek iyeh aeng, yeh? (kok bisa begitu airnya, ya?)”

Bikin Resah Masyarakat Madura, 3 Konten Kreator Film Guru Tugas Ditahan

Hingga kini, video laut di bawah Jembatan Suramadu itu masih jadi pembicaraan warga Jatim, terutama di media sosial seperti Facebook. Bahkan, sebagian menyertakan doa fenomena itu diharapkan hanya gejala biasa, bukan tanda-tanda bencana. Belum diketahui pasti apa sebab laut terbelah warna.

Penampakan laut terbelah warna di bawah Jembatan Suramadu yang tersebar di media

Film ‘Guru Tugas’ Tuai Kecaman di Madura, Polda Jatim Tangkap 3 Orang Konten Kreator

Hebohnya fenomena alam tersebut membuat Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura atau BPWS angkat bicara. Kepala Subdivisi Hubungan Masyarakat BPWS Faisal Yasir Arifin mengatakan bahwa kejadian seperti yang dihebohkan itu sebetulnya sering terjadi di bawah Jembatan Suramadu.

“Cuma skalanya (kali ini) lebih memanjang, terpantau sampai Sampang, sekitar 60 kilometer dari sini (Jembatan Suramadu). Jadi, ini fenomena halocline. Artinya apa, ini semacam air saja, akibat pertemuan air laut dari timur dengan laut Jawa,” kata Faisal kepada wartawan pada Rabu, 20 Maret 2019.

Fenomena seperti di Jembatan Suramadu itu, lanjut Faisal, seperti yang terjadi di Selat Giblaltar dan Selat Sunda. “Ini fenomena biasa, cuma ini agak lama. Ini fenomena yang indah,” ujar Faisal. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya