Politisi Aceh: Lebih Baik Mengikuti Timor Timur

Simpang Lima Banda Aceh
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Dani Randi (Aceh)

VIVA – Politisi asal Aceh menanggapi pernyataan Mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Muzakir Manaf soal keinginannya untuk referendum. Mereka menilai, pernyataan itu bisa saja terwujud, jika keinginan itu juga berasal dari masyarakat Aceh.

Putin Klaim Warga Ukraina di Wilayah yang Diduduki Ingin Gabung Rusia

“Kalau itu memang keinginan rakyat Aceh, ya kita dukung pendapat Mualem (Sebutan Muzakir Manaf) itu,” kata Ketua Umum Partai Daerah Aceh (PDA), Muhibbussabri saat dimintai tanggapan, Rabu, 29 Mei 2019.

Pernyataan referendum demi Aceh lebih baik keluar dari mulut Muzakir Manaf saat memberikan orasi politik di acara peringatan wafatnya Wali Nanggroe Hasan Muhammad di Tiro tahun ke 9 pada Senin, 27 Mei 2019 di Gedung Amel Convention Center Banda Aceh.

Australia Paves Way for Indigenous Rights Referendum

Muzakir Manaf mengatakan itu di depan pejabat pemerintahan, Polri, TNI dan masyarakat. Wacana referendum ini disuarakan Muzakir karena mengingat beberapa aspek yang kini melanda Indonesia. Menurut Mualem, persoalan bangsa Indonesia semakin hari semakin menumpuk.

“Indonesia terjerat pada berbagai persoalan seperti nasib beberapa negara di Afrika. Apalagi Indonesia ke depan akan dijajah oleh asing, ini yang kita khawatirkan. Karena itu, Aceh lebih baik mengikuti Timor Timur,” kata Muzakir Manaf saat memberikan orasi politik.

PM Australia Menangis, Referendum Ini Ternyata Jadi Penyebabnya

Dukungan itu juga mengalir dari berbagai politisi di Aceh. Dua senator Aceh yaitu Fachrul Razi dan Rafli Kande juga sepakat untuk referendum. Kemudian Ketua Harian Partai Nanggroe Aceh, Samsul Bahri dan Ketua Gerindra Aceh, TA Khalid menyebutkan referendum itu, mengingat kondisi Indonesia dinilai sudah semakin mengkhawatirkan.

Rafli Kande berpendapat, jika dalam waktu dekat situasi tersebut tidak pulih, kata dia, referendum bisa menjadi alternatif.

“Kalau kita belajar dari patahan sejarah bangsa Indonesia di masa lalu, selalu ada efek ganda baik di tingkat pusat maupun daerah, wabil khusus untuk Aceh. Referendum menjadi altenatif untuk mempertegas kewibawaan antara pemerintah pusat dengan pemerintah Aceh,” ungkap Rafli melalui pesan tertulis.

Bila merunut sejarah, lanjut Rafli, hampir satu abad usia Indonesia merdeka, Aceh benar-benar telah mewakafkan cinta, lahir dan bantinnya untuk Indonesia.

“Bagi Aceh adalah martabat tertinggi pemerintah pusat adalah kemandirian daerah. Kondisi nasional yang kian mencekam ini, maka referendum jilid II lebih afdhol bagi Aceh sebagian jalan tengah untuk kebaikan Aceh dan Indonesia,” ucapnya. (mus)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya