Logo BBC

Kisah Para Perempuan 'Penakluk Api' Kebakaran Hutan Kalimantan

"Selama ratusan tahun kami menjaga hutan kami, hutan Kalimantan," tutur Sumarni Laman, perempuan (23) asli Dayak yang ikut terjun menjadi relawan pemadam kebakaran hutan dan lahan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah (18/09) - BBC Indonesia
"Selama ratusan tahun kami menjaga hutan kami, hutan Kalimantan," tutur Sumarni Laman, perempuan (23) asli Dayak yang ikut terjun menjadi relawan pemadam kebakaran hutan dan lahan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah (18/09) - BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Sumarni Laman menceritakan kisah masa kecilnya yang kerap terjaga memantau jilatan api di sekitar rumahnya di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

"Rumah saya itu dulu di sampingnya kayak hutan. Dan itu dari saya kecil, dari SD, sering kebakar, hampir kena rumah," tuturnya.

"Kami harus jaga siang-malam untuk menjaga apinya biar tidak kena ke rumah."

Sumarni kecil sudah ikut andil dalam upaya mempertahankan tempat tinggal mereka dulu. Ember demi ember diisi air dan disusun di sekitar rumah, "biar ketika apinya dekat itu langsung siram".

Kegiatan itu bisa dilakukan selama satu minggu penuh, setiap hari.

Oleh karenanya, Sumarni sudah `akrab` dengan kabut asap. Dalam ingatannya, sejak tahun 2002, dampak asap kebakaran hutan dan lahan - dalam siklus 4-5 tahunan yang dipengaruhi iklim El Nino - terus menerus ia rasakan.

Sementara itu, Sumarni tidak menyangkal bahwa di sisi lain, kegiatan slash and burn alias memangkas dan membakar lahan sudah menjadi bagian dari budaya turun temurun warga Dayak yang bermata pencaharian sebagai petani ladang. Orang tua Sumarni pun dulunya bekerja di ladang.

"Orang Dayak itu mengenal namanya dua hutan, hutan primer dan sekunder," ujarnya.

Menurutnya, hutan primer adalah hutan yang tidak boleh disentuh. Kalaupun ada sesuatu yang perlu dilakukan atau diambil di dalamnya, ada syarat yang harus dipenuhi.

"Ketika kamu masuk hutan, kamu harus melakukan upacara adat."

Sementara hutan sekunder adalah hutan yang dekat permukiman dan boleh ditanami warga. Di hutan sekunder ini lah, menurut Sumarni, warga biasanya melakukan tradisi pembakaran lahan gambut untuk menurunkan kadar asam yang dikandung.

Sumarni menuturkan, sebelum dibakar, biasanya warga akan membuat kanal air di sekeliling lahan dan memangkas tanaman yang tumbuh di atasnya.

"Kemudian, satu desa itu akan menjaga api itu agar tidak merembet ke tempat lain, dan biasanya dulu itu api akan padam dalam satu hari dan asapnya tidak banyak," katanya.