Banyak Temuan Harta Karun Bisa Indikasi OKI Pusat Dagang Sriwijaya

Harta karun yang ditemukan di Ogan Komering Ilir (OKI)
Sumber :
  • VIVAnews/Saddam Maulana

VIVA – Banyaknya temuan harta karun oleh masyarakat di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan disebut menjadi salah bukti bahwa di daerah tersebut merupakan pusat perdagangan Sriwijaya. Benda-benda berharga yang ditemukan pun diduga merupakan peninggalan dari zaman kerajaan.

Drama Low Life Tentang Rahasia Gelap dan Harta Karun Bakal Tayang 2025 Mendatang

Indikasi ini semakin menguat karena benda temuan warga cukup beragam mulai dari emas, kendi, guci, senjata tajam, perhiasan, dan berbagai benda berharga lainnya. Benda-benda ini memiliki ukiran dan pernak-pernik khas kerajaan.

Arkeolog dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan, Retno Purwanti, pun turut mengakui hal tersebut. Dia mengatakan, wilayah pesisir timur Sumatera seperti OKI memang diketahui sebagai pusat perdagangan atau juga pelabuhan besar di zaman Kerajaan Sriwijaya.

Geger Temuan Harta Karun yang Terbuat dari Meteor, Begini Penampakannya

Menurutnya, penemuan harta karun di kawasan pantai timur Sumatera Selatan sudah ada sejak tahun 1990-an. Berawal dari laporan salah satu kepala desa di daerah Karang Agung Tengah yang datang ke Balai Arkeologi dengan membawa contoh benda yang ditemukan.

"Benda tersebut berupa pecahan gerabah. Dari laporan ini, Balai Sumatera Selatan mengadakan penelitian di daerah Karang Agung pada tahun 1999-2003," kata Retno di Sumsel pada Minggu 6 Oktober 2019.

Viral Pria Gali Lubang 40 Meter Gegara Mimpi Ada Emas, Hal Tragis Ini Malah Terjadi

Selain itu, kata dia, pada lokasi tersebut banyak ditemukan benda dan tiang-tiang rumah dari abad ke-3 dan 4 Masehi. Setelah itu penelitian dilakukan di Air Sugihan dan mendapatkan benda-benda arkeologi.

Benda yang ditemukan, berdasarkan penanggalan karbon, berasal dari abad ke 9-14 Masehi atau masih dalam masa kejayaan Sriwijaya.

"Untuk penelitian di daerah Cengal dilakukan sejak tahun 2012 dengan temuan kemudi perahu dan benda arkeologi yang berdasarkan penanggalan karbon berasal dari masa keruntuhan Sriwijaya sampai masa Kesultanan Palembang," kata Retno.

Meski penemuan sudah berlangsung sejak lama, puncak temuan warga baru berlangsung dalam beberapa tahun terakhir. Bermula saat musim kemarau panjang pada 2015 hingga mengakibatkan kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan.

Dari sini, warga yang membantu satuan tugas kebakaran hutan dan lahan memadamkan api di Kecamatan Cengal, Tulung Selapan, dan Air Sugihan, menemukan emas, perhiasan hingga logam mulia dan berbagai benda lainnya.

Menurut Retno, atas temuan ini warga lalu mulai berbondong-bondong datang ke lokasi lahan bekas terbakar itu. Lahan gambut yang terbakar mengakibatkan banyak peninggalan masa lalu yang sebelumnya berada di dalam air dapat terlihat masyarakat.

"Kami sebenarnya cukup menyayangkan, karena perburuan benda bersejarah oleh warga ini tanpa dilaporkan terlebih dahulu kepada Balai Arkeologi. Sehingga menyulitkan para peneliti untuk merangkai sejarah masa lampau di kawasan pesisir," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya