Kisah Pilu Dita Si Gajah Sumatera

Gajah Dita dalam perawatan saat masih hidup.
Sumber :
  • BBKSDA Riau

VIVA – Usianya sudah mencapai 25 tahun. Dita sebutan Gajah Sumatera (elephas maximus sumatranus) ditemukan sudah menjadi bangkai.

Gajah Sumatera, Hewan Penjaga Ekosistem di Hutan

Hewan bertubuh bongsor itu ditemukan warga dalam kondisi yang sangat memilukan di kawasan Suaka Margasatwa Balai Raja, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau, Senin 7 Oktober 2019. Pertama kali, bangkai Dita ditemukan warga secara tidak sengaja.

Kabar kematian gajah ini kemudian diketahui Tim Koordinator PLG Sebanga. Saat ditemukan, Dita sudah tidak bergading lagi.

Gajah Sumatera, Kambing Hingga Ular, Ikut Upacara HUT RI di Bali

Diperkirakan Dita tak bernyawa sudah lima hari sebelum ditemukan. Sehingga tubuhnya mulai mengeluarkan aroma tak sedap.

Tim dari Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Riau yang menyelidiki temuan itu menyimpulkan tidak ada tanda kekerasan fisik atau bekas benda tajam pada tubuh Dita. Sementara ini diduga Dita mati karena kondisi kesehatannya atau disebabkan sakit.

Penyebab Kematian Gajah Berusia 43 Tahun di ANECC Simalungun, Ada Infeksi Gigi

Kepala Balai Besar KSDA Riau Suharyono membenarkan Dita bagian dari kelompok gajah di Suaka Margasatwa Balai Raja. Dia juga membeberkan Dita memiliki riwayat hidup yang kurang beruntung karena sakit-sakitan dan lemah secara fisik.

Balai Besar KSDA Riau bersama dengan Vesswic dan HIPAM pernah melakukan kegiatan medis pada gajah tersebut. Pada tahun 2014 tim Balai Besar KSDA Riau menemukan telapak kaki kiri depan sudah putus sehingga dilakukan perawatan dan pengobatan. Diduga luka itu akibat jeratan liar.

Perjuangan untuk menyembuhkan Dita belum usai sebab sekitar tahun 2016 tim medis Balai Besar KSDA Riau dan Vesswic kembali melakukan pengobatan luka pada kaki yang sakit. Dari waktu ke waktu akhirnya kondisi kesehatan gajah ini semakin mengkhawatirkan.

Pada tahun 2017 tim medis Balai Besar KSDA Riau dan Vesswic melakukan pengobatan karena kondisi gajahnya yang kian lemah. Bahkan berjalan saja sudah sulit dan lambat.

Sekitar tahun 2018 tim medis Balai Besar KSDA Riau kembali melakukan pengobatan sebanyak dua kali.

Setelah melalui beberapa tahapan penyembuhan berkala, terakhir Dita ditemukan sudah jadi bangkai. Namun pihak terkait belum bisa memberikan kesimpulan dan penyebab pasti kematian Dita.

Kini untuk mengungkap kematian hewan dilindungi itu masih tergantung pada hasil neukropsi atau investigasi medis terhadap gajah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya