Kerajaan Bermunculan, Ini Analisa Penyebab Masyarakat Terpikat

Kirab Keraton Agung sejagat
Sumber :
  • Twitter @aritsantoso

VIVA – Sosiolog Universitas Gajah Mada (UGM) Sunyoto Usman menilai, fenomena munculnya kerajaan-kerajaan yang didirikan sejumlah orang akhir-akhir ini dapat dilihat dari beberapa dimensi. 

Ekonom Wanti-wanti Seretnya Likuiditas hingga Daya Beli Masyarakat Turun Hantui Perbankan 2024

Dari sisi pengikutnya, dia mengungkapkan, mereka datang dari lapisan masyarakat yang kurang paham betul tentang latar belakang sejarah. "Mereka sebetulnya itu kurang paham betul tentang latar belakang sejarah sehingga dapat informasi dari elitnya atau tokohnya itu dianggap sebagai kebenaran, jadi persoalan informasi," katanya saat dihubungi VIVAnews, akhir pekan lalu. 

Persoalan lain, menurut dia, bisa dari latar belakang ekonomi. Para pengikut kerajaan ini diberi janji, seperti Keraton Agung Sejagat di Purworejo, itu nanti tidak hanya mendapatkan kedudukan tapi mendapat uang dollar. "Nah pada situasi ekonomi semacam ini janji yang disampaikan oleh tokoh dianggap memberikan angin segar untuk memperoleh tambahan income bentuknya dollar," ujarnya.

Buka Perwakilan di 5 Negara, Ekonomi Kreatif RI Mulai Ekspansi ke Eropa

Raja Keraton Agung Sejagat, Toto Susanto dan permaisurinya, Fanni Aminadia.

Menurut dia, lapisan masyarakat menengah bawah dengan pendidikan relatif rendah, informasi latar belakang historis sedikit ini lalu gampang diprovokasi, distimulasi oleh iming-iming dapat dolar dan akses ekonomi. "Saya kira ini iming-iming mau dapat dollar, dapat akses, itu pada situasi ekonomi yang seperti sekarang kaya menjanjikan," katanya. 

Mendagri Apresiasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5,11 Persen, tapi Akui Masih Belum Merata

Sunyoto mengemukakan, dari segi elitnya yang harus diwaspadai adalah penipuan. Model penipuan dengan cara memperoleh legacy adat. Dia tidak melihat fenomena munculnya kerajaan-kerajaan itu sebagai gerakan politik. Jika untuk kepentingan politik biasanya tidak menampakkan diri seperti itu.

“Saya kira lebih memanipulasi sumber-sumber sejarah, untuk kepentingan ekonomi. Kalau untuk kepentingan poltik agak sulit biasanya gerak politik tidak menampakkan diri seperti itu artinya itu gampang dilacak, gampang diketahui,” ujarnya.

Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Jawa Tengah.

Menyikapi fenomena itu, menurut Sunyoto, pemerintah harus hadir untuk mengembangkan informasi yang betul. Pemerintah mengembangkan lapangan pekerjaan di desa lebih strategis. "Jadi mereka kemudian tidak mencari-cari, menabrak," ujarnya.

Sebelumnya, heboh di dunia maya, Toto Santoso (42) dan Fanni Aminadia (41) mendeklarasikan pendirian Keraton Agung Sejagat, Jumat, 10 Januari 2020. Mereka mengklaim sebagai raja dan ratu kerajaan itu. Polisi lantas menangkap mereka, Selasa, 14 Januari 2020. Keduanya dibekuk dengan tuduhan melakukan penipuan.

Beberapa hari kemudian, jagad maya kembali geger. Kali ini lantaran muncul perkumpulan yang menyatakan kerajaan Sunda Empire- Eart Empire. Salah satu akun Youtube Ali Mukti menunggah aktivitas kelompok yang berasal dari Bandung, Jawa Barat ini. 

Dari video tersebut, ada seorang orator yang memakai baju seragam warna hitam seperti baju kemiliteran lengkap topi dan pin, termasuk para pengikutnya juga berseragam lengkap.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya