Wow! Arab Saudi Bakal Beli Wilayah Ras Ghamila Milik Mesir Rp 564,6 Triliun

Bendera Arab Saudi.
Sumber :
  • Ist

Riyadh – Arab Saudi telah mengajukan tawaran kepada Mesir untuk membeli Ras Ghamila, tujuan wisata utama Laut Merah, dengan menggunakan deposito dari Bank Sentral Mesir, dan mengakuisisi beberapa perusahaan pemerintah. Hal itu disampaikan oleh sumber pemerintah Mesir.

Bappebti hingga Pelaku Industri Aset Kripto Pastikan Pengembangan Ekosistem Bisnis Berkelanjutan

Sumber tersebut, yang bekerja di Kementerian Sektor Bisnis Publik, mengatakan bahwa pejabat Saudi menawarkan untuk menggunakan simpanan kerajaan di bank sentral (CBE), yang berjumlah US$ 10,3 miliar atau setara dengan Rp 166,1 triliun, sebagai sebuah opsi.

Penawaran ini disukai oleh pihak Mesir yang akan memungkinkan akses langsung ke mata uang asing.

Heboh Bule New Zealand Batal Masuk ke Wisata Alam Bantimurung Sulsel Gara-gara Tiket Mahal

Laut Merah.

Photo :
  • TFA Manasek

Selama negosiasi, sumber tersebut mengatakan bahwa pemerintah Mesir akan mendapat kesepakatan Ras el-Hekma senilai US$ 35 miliar atau Rp 564,6 triliun, yang mencakup US$ 11 miliar (Rp 177,4 triliun) dalam bentuk simpanan.

Jemaah Haji Diimbau Hormati Budaya Setempat Selama di Saudi

Ras Ghamila, tujuan menyelam yang populer, terletak sekitar 11,5 km dari bandara internasional Sharm el-Sheikh di provinsi Sinai Selatan.

Pulau ini juga terletak di seberang Pulau Tiran, salah satu dari dua Kepulauan Laut Merah yang diserahkan Mesir ke Arab Saudi pada tahun 2016, setelah kesepakatan yang mendapat reaksi keras dari masyarakat.

Berita tentang kesepakatan Ras Ghamila dilaporkan oleh media Saudi pada bulan Februari dan dikonfirmasi oleh Middle East Eye, di tengah minimnya informasi resmi dari pemerintah Mesir atau Saudi.

Investor Saudi tertarik untuk mendapatkan kesepakatan ini karena kedekatan Ras Ghamila dengan Kepulauan Tiran dan Sanafir, dan potensinya untuk meningkatkan pariwisata antara Sharm el-Sheikh dan Neom di Arab Saudi.

Mahmoud Esmat, Menteri Sektor Bisnis Publik Mesir, mengumumkan rencana pada awal Februari untuk menawarkan kawasan tersebut untuk investasi.

Ia mengatakan, luas kawasan tersebut sekitar 860.000 meter persegi dan memiliki nilai strategis yang tinggi.

Penjualan aset publik sejak tahun 2018, sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk meringankan krisis ekonomi, Mesir telah menjual asetnya ke negara-negara Teluk.

Pemerintah Mesir berhutang banyak terutama karena belanja besar-besaran untuk megaproyek dan kesepakatan senjata yang dilakukan pemerintahan Presiden Abdel Fattah el-Sisi sejak ia menjadi presiden pada tahun 2014.

Data yang dirilis oleh Bank Sentral pada pekan lalu menunjukkan bahwa utang luar negeri Mesir meningkat lebih dari empat kali lipat selama dekade terakhir, yang mencapai US$ 168 miliar (Rp 2,7 kuadriliun) pada akhir tahun 2023.

Tawaran Saudi saat ini, menurut sumber Kementerian Bisnis Publik, juga mencakup akuisisi lebih lanjut atas setidaknya enam perusahaan publik.

"Beberapa perusahaan tersebut dimiliki oleh militer Mesir, seperti Perusahaan Nasional Air Alami di Siwa (SAFI) dan Wataniya Petroleum. Salah satu perusahaan tersebut adalah perusahaan pendidikan swasta terbesar di Mesir, CIRA Education," kata sumber yang tidak diketahui namanya.

Pada 7 Mei, CIRA Education mengumumkan kesiapannya untuk melakukan kesepakatan akuisisi dengan Perusahaan Investasi Mesir Saudi, yang merupakan cabang investasi dari Dana Investasi Publik Saudi yang mempelopori negosiasi tersebut.

Berdasarkan siaran persnya, CIRA menyebutkan Perusahaan Investasi Saudi Mesir berupaya mengakuisisi setidaknya 75 persen dengan niat merger, dan maksimal 100 persen saham.

CIRA diketahui memiliki lebih dari 25 sekolah, yang akan dioperasikan oleh investor baru Saudi.

Penawaran tersebut mencakup penghapusan opsional saham CIRA Education dari Bursa Efek Mesir setelah menyelesaikan prosedur akuisisi.

Sumber kementerian memperkirakan negara-negara Teluk lainnya akan mengikuti pola yang sama dalam menghubungkan akuisisi kawasan strategis dan perusahaan dengan simpanan.

Ilustrasi bendera Mesir

Photo :
  • Brendan Smialowski/Pool Photo via AP

Situs berita independen Mesir, Manassa, mengutip sumber resmi yang mengatakan bahwa sepuluh perusahaan milik publik akan go public, termasuk pembangkit listrik Siemens di Beni Suef, empat pabrik desalinasi air, dan dua pembangkit listrik tenaga angin di wilayah Jabal al-Zeit dan Zafarana.

Sejak kudeta militer yang dipimpin oleh Sisi pada tahun 2013, sekutu-sekutunya telah menyetorkan dana senilai hampir US$ 30 miliar (Rp 483,9 triliun) di Bank Sentral Mesir untuk mendukung pemerintah.

Menurut bank tersebut, UEA telah menyetor sekitar US$ 10,7 miliar atau Rp 172,6 triliun sementara Qatar telah menyetor sekitar US$ 4 miliar atau Rp 64,5 triliun, Arab Saudi telah menyetorkan sekitar US$ 10,3 miliar (Rp 166,1 triliun) sementara Libya telah menyetor sekitar $900 juta atau Rp 14,5 triliun.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya