Ade Armando: Kalau Kena Corona, Saya Tidak Akan Stres

Pakar komunikasi sekaligus dosen UI, Ade Armando
Sumber :
  • VIVAnews/Foe Peace Simbolon

VIVAnews - Dosen Universitas Indonesia, Ade Armando, mengaku geli dengan pihak-pihak yang mendoakan dia terkena virus corona. Menurutnya, jika terkena virus corona, orang-orang itu menilai dia akan mati atau menerima azab.

Heru Budi Ingatkan Petugas Kesehatan Jangan Tolak Pasien TBC dari Luar Jakarta

Tapi, Ade tidak takut. Meskipun tidak berharap terkena corona, dia menyebut tidak perlu berlebihan dalam menghadapi virus corona.

"Kalau saya kena virus corona ya saya sakit. Tapi ya sakit yang biasa-biasa saja. Paling meriang, demam, batuk-batuk sesak nafas, pilek kali ya," kata Ade dalam video yang diunggah akun Youtube CokroTV, dikutip VIVAnews, Kamis, 5 Maret 2020.

Kasus TBC di DKI Cukup Tinggi, Heru Budi Minta Camat Hingga Lurah Turun

"Ya kayak gitulah. No big deal. Kata anak sekarang santuy aja," lanjut Ade.

Ade mengatakan jika dia kena corona tentu akan dirawat. Tapi, dia percaya tidak akan lama. Setelah itu hidup normal lagi.

Korban Banjir Bandang Brasil Bertambah Menjadi 83 Orang

Pakar ilmu komunikasi itu mengaku lebih khawatir dengan demam berdarah, TBC. Dia menyampaikan TBC adalah penyebab kematian 100 ribu orang per tahun di Indonesia.

Sedangkan corona, yang dia ketahui sejauh ini, fatality rate atau tingkat kematian dibandingkan penderita hanya 2-3 persen. Dan yang meninggal biasanya terjadi karena mereka memang rentan. Misalnya karena mereka berusia tua, pengidap HIV, atau punya penyakit lain seperti jantung, gagal ginjal, dan diabetes.

"Fatality rate corona juga jauh lebih rendah dari virus MERSyang fatality rate-nya di Saudi mencapai 69 persen. Virus Ebola bahkan bisa sampai 90 persen," kata Ade.

Ade menilai masyarakat Indonesia lebay saja soal corona dan kehilangan akal sehat. Padahal, gaya hidup masyarakat di negeri ini tidak terlalu ketat soal kebersihan.

"Kita kuat. Geli sih sekaligus prihatin melihat masyarakat berburu beli masker sampai harganya meningkat sepuluh kali lipat," katanya.

Ade menambahkan masyarakat panik karena imajinasi mereka sendiri. Orang membayangkan kematian di mana-mana, mayat bergelimpangan di jalan-jalan, mati mendadak, tiba-tiba ada orang jatuh dan kejang-kejang, rumah sakit sesak oleh pasien-pasien sekarat, keluarganya histeris. Padahal, semua itu lebay.

"Jadi saya sih tidak merasa ada petaka kalau saya misalnya kena virus corona. Terus terang kalau saya kena virus corona saya tidak akan stres, depresi, atau merasa Tuhan sedang menghukum saya," kata Ade.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya