Vaksi Merah Putih Ditegaskan untuk Kedaulatan Nasional

Prof. Herawati Sudoyo-Supolo.
Sumber :
  • Dokumentasi Kominfo.

VIVA – Pengembangan vaksin Merah Putih bukan hanya untuk kemandirian dalam produksi vaksin COVID-19, tetapi juga soal kedaulatan nasional. Proses pembuatan vaksin juga dilakukan dengan cepat, namun tetap memperhatikan aspek keamanan dan keampuhannya.

Deretan Penyakit Ini Rentan Dialami Jemaah Haji dan Umrah, Wajib Vaksin Sebelum ke Tanah Suci!

Demikian disampaikan Prof. Herawati Sudoyo-Supolo, Deputi Fundamental Research Eijkman Institute, dalam Dialog Produktif dengan tema ‘Vaksin dan Pembangunan Kesehatan Indonesia’ di Media Center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), dikutip Kamis 19 November 2020.

Baca juga: Genjot Kinerja Ekspor saat Pandemi, Ini Rekomendasi Kadin

AstraZeneca Tarik Vaksin COVID-19 di Seluruh Dunia, Ada Apa?

“Vaksin Merah Putih akan memberikan kepada kita kedaulatan nasional. Pengembangan vaksin adalah proses yang kompleks. Saat ini kami menggunakan metode paling efisien dengan percepatan. Tidak melakukan satu per satu tapi paralel. Ini kunci melakukannya dengan cepat. Proses ini tidak yang dapat berdiri sendiri, semuanya harus berkolaborasi,” ujarnya.

Menurut Herawati, apa yang sudah dilakukan Lembaga Eijkman bersama dengan industri adalah agar semuanya dapat memberikan vaksin yang serta aman dan manjur juga cepat.

Kuota Haji Kabupaten Tangerang Bertambah, 20 Persen Lansia

“Sekarang ini, eranya biologi molekul. Era pandemi COVID-19 berbeda dengan era pandemi flu. Jadi bisa mendeteksi virus dengan pendekatan yang terbarukan, aman buat tenaga laboratorium dan memberikan data yang akurat kepada Pemerintah,” ungkapnya.

Lebih lanjut ia jelaskan bahwa Lembaga Eijkman memiliki Biological Safety Laboratory Level 3 – BSL3. Di mana dengan BSL3, para peneliti dan tenaga laboratorium dapat melakukan studi tentang virus Corona dengan aman. 

Fasilitas ini mutlak diperlukan untuk penelitian patogen berbahaya yang baru muncul. Eijkman menjadi laboratorium sejak Avian Flu sampai COVID-19.

Herawati menjelaskan bahwa dalam sejarahnya, Lembaga Eijkman bukanlah lembaga pembuatan vaksin tapi sebuah lembaga penelitian untuk penyakit tropik dunia. 

“Mengalami sejarah cukup panjang dan banyak hasil penelitian yang dapat ditranslasikan untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satunya adalah dalam penelitian dan pengembangan vaksin,” jelasnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya