Vaksin AstraZeneca Mengandung Babi, Maruf: MUI Bilang Boleh

Wakil Presiden Ma’ruf Amin
Sumber :
  • Asdep KIP Setwapres

VIVA – Wakil Presiden Republik Indonesia, KH. Ma'ruf Amin angkat biacara soal vaksin AstraZeneca yang menjadi kontroversial. Sebab, vaksin tersebut mengandung babi.

Penyakit Menular Arbovirosis Jadi Ancaman Baru, Menkes Budi: Lakukan 5 Hal Ini untuk Menanganinya

Meskipun mengandung babi, tapi Majelis Ulama Indonesia (MUI) memperbolehkan vaksin AstraZeneca untuk digunakan. 

"Halal tidak halal saya kira yang sekarang dipersoalkan itu seharusnya ada boleh atau tidak boleh, bukan pada halal atau tidak halal, sebab tidak halal pun MUI bilang boleh, apalagi kalau itu memang halal," kata Ma'ruf Amin dalam kunjungan kerja ke wilayah Lampung, Senin, 22 Maret 2021. 

WHO: Imunisasi Global Menyelamatkan 154 Juta Jiwa Selama 50 Tahun Terakhir

"Tentu menjadi lebih boleh, itu bukan problem menurut saya, karena memang walaupun tidak halal tapi sudah boleh, apalagi kalau ada penjelasan memang itu misalnya tidak mengandung unsur babi artinya bolehnya menjadi lebih boleh," sambungnya. 

Sehingga, kata dia, tidak menjadi persoalan tentang kebolehan dalam vaksin AstraZeneca yang berasal dari Korea Selatan. 

5 Syarat Kucing Peliharaanmu Sudah Bisa Divaksin Biar Tetap Sehat

Sebelum itu, Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa  bahwa vaksin COVID-19 produk AstraZaneca hukumnya haram karena dalam tahapan proses produksinya memanfaatkan tripisin berasal dari babi.

Meskipun mengandung babi, Ketua Dewan Pimpinan MUI, Asrorun Niam Sholeh mengatakan, pengunaan vaksin COVID-19 produk AstraZeneca pada saat ini dibolehkan (mubah) karena ada kondisi kebutuhan yang mendesak (hajah syar'iyyah) yang menduduki kondisi darurat syar'iy (dlarurah syar'iyyah).

Menurutnya, ada keterangan dari ahli yang kompeten dan terpercaya tentang adanya bahaya (resiko fatal) jika tidak segera dilakukan vaksinasi COVID-19.

"Ketersediaan vaksin COVID-19 yang halal dan suci tidak mencukupi untuk pelaksanaan vaksinasi COVID-19 guna ikhtiar mewujudkan kekebalan kelompok (herd immunity)," kata Asrorun Niam Sholeh. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya